Intisari-Online.com – Selama Perang Dunia II, permainan mata-mata, menjadikan hasil perang bak tergantung pada seutas benang.
Gevorg Vartanian, seorang pemuda Armenia yang bergabung dengan lingkaran intelijen Soviet melalui ayahnya, terbukti menjadi aset yang berharga, bahkan ketika dia berusia 16 tahun.
Ayah Vartanian menyamar sebagai pedagang Persia kaya di Teheran selama 23 tahun, pindah ke sana pada tahun 1930 ketika putranya berusia enam tahun.
Dia bekerja sebagai informan dan perwira intelijen untuk Soviet.
Sementara, Gevorg muda menemukan bakatnya, dia lalu belajar bahasa, termasuk bahasa Persia.
Tumbuh di Persia, yang saat itu atas nama Kekaisaran Iran, dia pun mengembangkan persona mata-matanya, yaitu tinggal di negara asing, mengadopsi bahasa dan gaya hidup asing.
Dia pun direkrut ayahnya untuk menjadi bagian dari KGB.
Pada tahun 1940, dia sudah diberi tanggung jawab untuk merekrut agen lain untuk bergabung dengan pihak Soviet.
Baca Juga: Klaus Fuchs: Mata-mata Soviet Kelahiran Jerman yang Bertahun-tahun Bocorkan Program Nuklir AS
Vartanian bekerja dengan sel mata-mata yang terdiri dari tujuh agen intelijen lainnya.
Mereka berhasil menggagalkan sejumlah operasi Axis dan menangkap lebih dari 400 mata-mata Nazi selama periode dua tahun
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR