Advertorial
Intisari-Online.com -Ion Mihai Pacepa menjadi sosok yang sangat mencolok dalam dunia intelijen bukan hanya karena kemampuannya, tapi juga karena keputusannya untuk membelot.
Tapi, jika kita mencari artikel mengenai dirinya,apalagi wawancara, dijamin akan sangat sulit untuk menemukannya.
Michael Ledeen, seorang sejarawan mengaku butuh waktu 7 tahun untuk melacak keberadaan sang jenderal yang pernah menjadi kepala intelijen Rumania tersebut.
Maklum, dia berstatus sebagai pembelot dengan posisi tertinggi sepanjang sejarah dunia setelah dirinya membelot dari Rumania yang saat itu sangat dekat dengan Uni Soviet ke Amerika Serikat.
Pembelotannya ini tak hanya membongkar semua rahasia penting Rumania yang saat itu menjadi negara komunis, tapi juga mengungkap banyak rahasia dari KGB, dinas intelijen Uni Soviet.
Hingga kini, dia terus bersembunyi karena meski pembelotannya sudah terjadi puluhan tahun lalu, dua hukuman mati masih menantinya.
Dia pun bertahun-tahun harus rela kehilangan kontak dengan keluarganya sendiri.
Berikut ini kisahnya.
Satu di antara sedikit wawancara dengan Pacepa berhasil dilakukan oleh Judith Weinraub dariLos Angeles Times.
Wawancara pun harus dilakukan secara tertutup di sebuah hotel yang sudah ditentukan sebelumnya oleh Pacepa.
Dalam wawancara tersebut, Pacepa mengenang hari saat dirinya berbincang dengan putrinya, Dana, yang saat itu berusia 24 tahun. 23 Juli 1978.
Di malam yang hangat di sebuah taman di Bucharest yang dikelilingi oleh bungan magnolia yang sedang bermekaran, ayah dan anak ini berbicara tentang rencana masa depan.
Tapi sang putri tidak benar-benar tahu apa rencana masa depan yang sedang disusun oleh Pacepa.
Ketika dirinya diantar ke bandara, sang putri, berikut juag dengan banyak orang, hanya tahu Pacepa akan terbang ke Jerman Barat untukmenyampaikan pesan dari Presiden Rumania Nicolae Ceausescu kepada Kanselir Helmut Schmidt.
Dia memang menyampaikan pesan itu, tetapi tujuannya yang sebenarnya berbeda. Lima hari kemudian Pacepa diberikan suaka politik oleh Amerika Serikat, dengan status pejabat tertinggi dari Blok Soviet.
Dia tidak memberi tahu siapa pun tentang rencananya untuk membelot.
Satu-satunya cara dia bisa memberi tahu putrinya adalah meneleponnya pada malam sebelum dia pergi pada 28 Juli dengan pesawat pengangkut pasukan AS yang tergesa-gesa untuk memberi tahu bahwa dia akan terlambat.
“Saya merasa tidak enak,” kenang Pacepa. "Tapi saya tidak bisa mengatakan apa pun padanya. Itu akan membuatnya dalam bahaya besar. Mereka akan membunuhnya. Yang bisa saya katakan adalah 'Saya akan terlambat.' Hanya itu yang bisa kukatakan."
Baru pada awal Januari, ketika dia tiba dengan suaminya Radu (mantan tunangannya) dan keluarganya di Bandara Internasional Dulles, Pacepa, 61, bertemu putrinya lagi.
Dia dan keluarganya berencana untuk membuat kehidupan baru untuk diri mereka sendiri di Amerika Serikat.
Baru setelah eksekusi Ceausescu pada 25 Desember Pacepa dapat benar-benar berbicara dengan putrinya yang lalu membuatnya semakin merasa bersalah.
Sang putri saat itu bercerita bahwa sejak pembelotan ayahnya, dia hidup di bawah semacam tahanan rumah. Kemudian selama kekacauan di Rumania, Dana dan keluarganya diambil dari rumah mereka oleh anggota intelijen Rumania Securitate, yang mengancam akan mengeksekusi mereka.
Pacepa mendengar tentang penangkapan putrinya ketika dia terbangun di tengah malam pada 23 Desember dengan telepon dari pejabat Departemen Luar Negeri. “Mereka berkata,“ Kami punya kabar buruk. Kami minta maaf, ’" Pacepa mengenang. "Mereka sangat, sangat baik."
Pembelotan Pacepa menghancurkan jaringan intelijen Rumania yang komunis, dan melalui doktrin-doktrin sang presiden,Ceausescu, hal itu memengaruhi kredibilitas dan kehormatan internasional internasional.
Sebuah artikel yang diterbitkan oleh The American Spectator pada tahun 1988 menyimpulkan kehancuran yang disebabkan oleh pembelotan "spektakuler" Pacepa: "Perjalanannya dari Timur ke Barat adalah peristiwa bersejarah, karena ia telah mempersiapkannya dengan sangat hati-hati, dan pengetahuannya tentangsegala hal dalam dinas rahasia Ceausescu, memudahkan AS dan sekutunya memenangi pertempuran.
Ceauşescu yang mengalami gangguan saraf lalumemberikan perintah untuk pembunuhan Pacepa. Setidaknya dua regu pembunuh telah datang ke Amerika Serikat untuk mencoba menemukannya, menghabiskan beberapa bulan di Pantai Timur, mencoba melacak jenderal. Mereka tidak berhasil.
Selama September 1978, Pacepa menerima dua hukuman mati dari Rumania, dan Ceauşescu mengeluarkan hadiah sebesar AS$2 juta dolar AS untuk kematiannya. Pemimpin Palestina Yasser Arafat dan pemimpin Libya Muammar Gaddafi masing-masing menetapkan hadiah satu juta dolar. AS bagi siapapun yang bisa membunuhPacepa.
Selama 1980-an, polisi politik Rumania meminta teroris Carlos the Jackal untuk membunuh Pacepa di Amerika Serikat dengan imbalan satu juta dolar.
Dokumen-dokumen yang ditemukan di arsip intelijen Rumania menunjukkan bahwa Securitate telah memberi Carlos seluruh persenjataan untuk digunakan dalam "Operasi 363" demi membunuh Pacepa di Amerika Serikat.
Hasilnya tetap nihil, Pacepa tak berhasil ditemukan.
Pada tanggal 7 Juli 1999, Putusan Mahkamah Agung Rumania No. 41/1999 membatalkan hukuman mati Pacepa dan memerintahkan agar hartanya, yang disita oleh pemerintah Ceauşescu, dikembalikan kepadanya. Tapi pemerintah Rumania menolak untuk mematuhi.
Menurut Michael Ledeen pada tahun 2016, dua hukuman mati tetap berlaku dan Pacepa "telah hidup secara rahasia" sejak pembelotannya.