Advertorial

Dokuman Rahasia yang Bocor, Mengungkapkan Ada Kebohongan China Soal Covid-19, Ternyata Wabah Ini Sudah Diwaspadai Sejak 2018

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Intisari-online.com - Belakangan sebuah dokumen rahasia setebal 15 halaman bocor mengungkapkan misteri soal Covid-19 dan kebohongan China dalam menutupi kasus ini.

Laporan yang dibuat oleh aliansi Five Eyes, bocor ke Saturday Telegraph, salah satu isinya juga membahas tentang rantai peristiwa bencana yang dimulai di China bulan Desember.

Seorang virologis bernama Shi Zhengli, adalah wanita yang dikreditkan membuka kode genetik Covid-19 dalam beberapa hari, setelah wabah ini menyerangmasyarakat.

Namun, tujuh hari China menahan informasinya dari seluruh dunia, dan ketika itu pandemi mulai menyebar ke seluruh dunia.

Baca Juga: Didi Kempot Populerkan Lagu Campursari di Kalangan Milenial, Ini Sejarah Lagu Campursari yang Dimulai oleh R.M Samsi dan Manthoes, 'Lord' Didi Beri Warna Berbeda

Shi diberangus karena mengungkapkan temuannya tersebut.

Menurut Daily Mirror pada Selasa (5/5/20), sebuah dokumen juga disebut bahwa China menghancurkan bukti, tentang wabah virus corona dan menghambat upaya mengembangkan vaksin.

Intelijen meyakini, bukti virus yang diluncurkan laboratorium dan permintaan untuk memberikan sampel langsung pada ilmuwan Internasional ditolak.

Sementara, pejabat intelijen mengatakan virus itu berasal dari laboratoium Wuhan, klaim tersebut juga disuarakan oleh Presiden Amerika Donald Trump.

Baca Juga: Tidak Punya Kamar Mandi, Rumah Tua yang Bobrok Ini Malah Laku Rp8,8 Miliar, Ternyata Gara-gara Ini Harganya Mahal

Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat membantahnya, dan mengatakan bahwa sesuai urutan genetiknya virus itu berasal dari alam.

Setelah wabah menyebar China mengunci kota Wuhan, meskipun ada laporan jutaan orang sudah meninggalkan kota tersebut dan menyebar ke seluruh dunia.

Juga klaim China untuk menyalahkan kios pasar di Wuhan, tanpa memberikan sampel langsung, dinilai sangat mencurigakan.

Badan Intelijen hingga kini terus menyelidiki, apakah virus itu secara sengaja atau tidak bocor dari laboratorium Wuhan, dengan beberapa studi yang dilakukan oleh Shi Zhengli.

Shi Zhengli sudah menjadi virologi selama 16 tahun, terakhir dia adalah penemu virus SARS yang berasal dari gua kelelawar.

Setelah mempelajari sampelnya, infeksi pernapasan misterius muncul di Tiongkok pada bulan Desember dan penyakit itu dianggap mirip dengan SARS.

Virus yang diidentifikasi dengan nama virus corona, selesai diurutkan genetiknya selama 3 hari oleh Shi, 96 persen mirip dengan yang ditemukannya dari kelelawar di Yunnan.

Setelah menyelesaikan pekerjaanya, Shi dijuluki wanita kelelawar, dia adalah yang pertama menerima panggilan ketika pasien mengalami gejala penyakit itu.

Baca Juga: Hadapi Corona: Ini Cara Memulai Penyimpanan dan Persiapan Makanan Rumah untuk Jangka Panjang Saat Hadapi PSBB

Dia melakukan konferensi diluar Wuhan, kemudian kembali ke Lab nya di Wuhan pada 30 Desember tahun lalu.

Selama 16 tahun bekerja dengan kelelawar, Shi menemukan bahwa daerah subtropis China, merupakan kawasan potensial untuk penularan penyakit dari hewan ke manusia.

Dia mengatakan, "Saya tidak berharap hal itu terjadi di Wuhan, tetapi di China Tengah, saya berpikir mungkinkah mereka datang dari lab kami?"

Selama beberapa hari kemudian, dia mengkhawatirkan kemungkinan virus itu bocor dari labnya, kemudian menyebar melalui pasar hewan di Wuhan.

Namun setahun sebelum wabah itu menyerang Shi sudah memperingatkan ancaman itu.

Dalam sebuah penelitian, dia menekankan pentingnya meneliti ancaman kelelawar dan virus corona, Shi mempertimbangkan kemungkinan pandemi persis seperti yang terjadi sebelumnya.

Shi yang merupakan 1 dari 3 pakar di Institut Virology Wuhan, juga meneliti tentang MERS, SARS, dan Flu Babi, dan melihat kemungkinan pandemi lain muncul.

Baca Juga: Sebelum Meninggal Dunia, Didi Kempot Nyanyikan Lagu Khusus untuk Hibur Para Sobat Ambyar yang Tidak Bisa Mudik Lebaran Tahun Ini

Laporan itu mengatakan, sama dengan ketiga wabah ini bisamuncul kembali dari kelelawar karena dua di antara berasal dari China.

Menurutnya, risiko pasar basar juga bisa menjadi tempat penyebaran penyakit, didasarkan pada pola makan orang China.

"Budaya makanan di China menyatakan bahwa hewan yang disembelih hidup lebih bergizi, dan kepercayaan ini bisa menularkan virus."

Jauh sebelumnya Shi dan timnya telah memperingatkan pada 2018, bahwa kelelawar bisa menularkan virus corona ke manusia.

Artikel Terkait