Advertorial

Tak Punya Riwayat Penyakit Berat, Didi Kempot Meninggal Karena Henti Jantung: Dokter Kardiovaskular Indonesia Prediksi 23.3 Juta Orang Akan Alami Kondisi Ini Tahun 2030

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Intisari-online.com - Pada Selasa (5/5) kabar duka datang dari dunia musik Indonesia, penyanyi campur sari kondang asal Solo, Didi Kempot Meninggal dunia.

Didi Prasetyo alias Didi Kempot, meninggal di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo, dengan diagnosis awal Henti Jantung Mendadak (HJM).

"Henti napas, atau henti jantung, setelah kita lakukan pertolongan, kita resusitasi, namun karena kondisinya buruk pasien tidak tertolong," jelas Humas RS Kasih Ibu, Divan Fernandez dikutip dari Kompas.com.

"Pukul 07.45, dinyatakan meninggal dunia," imbuhnya.

Baca Juga: Belum Usai Masalah Virus Corona, Indonesia Harus Bersiap Hadapi Masalah Kemarau dan Kekeringan, 'Hampir 30% Wilayah!'

Henti Jantung Mendadak, adalah salah satu penyebab banyaknya orang meninggal dunia.

Di Indonesia, data tahun 2014 Kementerian Kesehatan memperkirakan 10.000 orang per tahun mengalami Henti Jantung Mendadak (HJM).

Artinya, ada 27 kasus HJM setiap harinya terjadi.

Kemudian 2016, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menemukan, HJM berkisar antara 300.000-350.000 setiap tahunnya.

Baca Juga: Sebelum Meninggal Dunia, Didi Kempot Nyanyikan Lagu Khusus untuk Hibur Para Sobat Ambyar yang Tidak Bisa Mudik Lebaran Tahun Ini

Bahkan dari data tersebut diperkirakan akan terus bertambah hingga tahun-tahun berikutnya.

Setidaknya, korban penyakit jantung koroner, termasuk stroke akan mencapai 23,3 juta orang pda tahun 2030.

Lalu, apa penyeab penyakit ini muncul?

Peyebab utama HJM menurut Dokter Spesialis Jantung da Pembuluh Darah, dr Daniel P.L Tobing Sp.JP menyebutkan ada dua, yaitu serangan jantung koroner dan jantung irama listrik,

Serangan jantung koroner hingga 75 persen dari total kasus HJM, ini terjadi karena sumbatan di dalam pembuluh darah jantung.

Sumbatan ini akan membuat aliran darah tersendat dan tidak dapat mengalir dengan baik, inilah yang membuat jantung berhenti bekerja.

"Jantung tidak bisa memompa oksigen dan nutrisi yang seharusnya diperoleh dari darah," jelas Daniel dikutip dari Kompas.com.

Kemudian, henti jantung irama listrik disebabkan oleh gangguan irma listrik. Pravalensi pasien yang mengalami penyebab ini lebih sedikit daripada serangan jantung koroner.

Baca Juga: Sesudah Gelar Konser Amal hingga Dapat Donasi Rp5,3 Miliar, 2 Hari Sebelum Meninggal, Ternyata Didi Kempot Diajak Bikin Kampanye soal Corona

Menurutnya, henti jantung irama listrik disebabkan oleh gangguan fungsi otak, saraf, dan beberapa penyebab nonkardiak lainnya.

Sementara adapun faktor risiko seseorang mengalami henti jantung mendadak antara lain karena kebiasaan berikut:

1. Merokok

2. Gaya hidup berpindah

3. Tekanan darah tinggi

4. Obesitas

5. Memiliki penyakit jantung bawaan

6. Memiliki riwayat penyakit jantung

7. Berusia 45 tahun ke atas bagi pria, dan 55 tahun ke atas bagi wanita.

8. Banyak terjadi pada pria

9. Mengalami kelelahan fisik

10. Kadar potasium dan magnesium yang rendah

Baca Juga: Minum Es Atau Minum Air Hangat Saat Buka Puasa, Mana yang Lebih Baik?

Adapun tanda gejalanya adalah sebagai berikut ini:

1. Pusing

2. Sesak napas

3. Kelelahan dan lemas

4. Muntah

5. jantung berdebar-debar

Jika alami hal di bawah ini, Anda sebaiknya segera ke rumah sakit

1. Nyeri dada

2. Hilang denyut nadi

3. Tidak bernapas atau alami kesulitan bernapas.

4. Hilang kesadaran

5. Pingsan

Untuk melakukan pencegahan, Anda bisa melakukan beberapa pertolongan untuk membantunya tetap hidup.

Pertama menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr Jetty R H Sedyawan Sp.JP (K) menyebutkan, 7-10 menit awal merupakan waktu pertama untuk menyelamatkan korban.

Pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru (CPR), tak harus tenaga medis siapapun bisa melakukannya.

CPR dilakukan dengan menekan jantung dengan dalam dan cepat.

Artikel Terkait