Penulis
Intisari-Online.com -Presiden Rusia Vladimir Putin menjadi orang nomor satu Rusia lebih dari 20 tahun.
Selain itu, Putin adalah mantan agen rahasia di era Uni Soviet (KGB).
Bernama lengkap Vladimir Vladimirovich Putin, ia lahir di Leningrad (sekarang Saint Petersburg), Uni Soviet (sekarang Rusia), 7 Oktober 1952.
Sebelum menjadi presiden, Putin sempat menjadi perdana menteri dari 1999 hingga 2000.
Jabatan itu mengantarnya menjadi presiden pada periode 2000-2008, sebelum kembali menjadi perdana menteri pada periode 2008-2012.
Pada 7 Mei 2012, pria yang berkuliah di Universitas Negeri Leningrad ini menjabat kembali sebagai presiden Rusia sampai saat ini.
Setelah lulus dari kuliah hukum pada 1975, Putin langsung bekerja di dinas intelijen Uni Soviet (KGB).
Pekerjaan itu sesuai dengan kegemarannya di waktu kecil, yakni membaca novel bertema agen rahasia dan intelijen.
Orangtuanya, Vladimir Spiridonovich dan Maria Ivanovna Putina, sangat mendukung cita-cita putranya.
Ibunya dulu berprofesi sebagai buruh dan ayahnya bekerja sebagai konskrip Angkatan Laut Soviet.
Meski demikian, Putin dididik penuh kesungguhan untuk mencapai mimpinya.
Setelah Uni Soviet menjadi Rusia pada 1991, Putin keluar dari KGB dan mengabdi pada wali kota pertama yang saat itu dipilih secara demokratis, Anatoly Sobchak, di St. Petersburg.
Putin dikenal selalu berada di belakang layar, tapi selalu mampu menyelesaikan masalah.
Karena sikapnya yang bisa diandalkan inilah, Putin bisa terpilih jadi perdana menteri pada 1999.
Itu merupakan gerbang awal yang membuatnya jadi sosok paling berkuasa di "Negeri Beruang Merah".
Tahun 2004, Putin dipilih kembali jadi presiden untuk masa jabatan kedua, yang berakhir pada 2008.
Karena sudah dua kali menjadi presiden, menurut aturan, pria berpangkat kolonel harus "libur" terlebih dulu.
Tak lama kemudian, tepatnya pada 2012, Putin kembali menjabat presiden.
Selama dua kali masa jabatannya, ekonomi Rusia diklaim tumbuh pesat dengan GDP yang diukur dalam kemampuan berbelanja meningkat sampai 72 persen.
Pertumbuhan ini dipicu bom komoditas 2000-an, peningkatan harga-harga minyak, dan dikeluarkannya kebijakan ekonomi dan fiskal.