Intisari-Online.com - Bukan rahasia lagi bahwa Rusia terus mengembangkan senjatanya hingga memiliki kemampuan yang sangat mematikan dan menghancurkan.
Tentu hal ini membuat kekhawatiran jika suatu saat nanti senjata Rusia membawa kerusakan di muka bumi.
Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia tidak memiliki rencana untuk menakut-nakuti siapa pun dengan senjata baru yang mereka kembangkan, seperti semua kekuatan militer terkemuka lainnya.
Mengutip Kontan, di sela-sela Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF), Sabtu (5/6), Putin mengatakan,“Stabilitas strategis sangat penting. Kami tidak berencana untuk menakut-nakuti siapa pun dengan sistem senjata baru kami."
Putin mengatakan bahwa Rusia mengembangkan senjata barunya dan telah mencapai beberapa keberhasilan.
Mengutip TASS, Putin menambahkan"Kami mengembangkannya dan telah mencapai beberapa keberhasilan, tetapi semua negara, semua kekuatan militer terkemuka melakukan hal yang sama. Hanya saja kami selangkah lebih maju ke depan."
"Kami memahami, negara-negara seperti Amerika Serikat dan lainnya cepat atau lambat akan mencapai hasil yang sama. Inilah mengapa saya pikir kita harus membuat kesepakatan terlebih dahulu tentang bagaimana kita akan hidup bersama di dunia yang terus berubah," imbuh Putin.
Senjata Rusia vs AS
Kementerian Luar Negeri Rusia merilis data tentang jumlah senjata ofensif strategis milik Rusia dan Amerika Serikat atau AS per 1 Maret 2021.
Menurut dokumen tersebut, Rusia memiliki 517 rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM), dan pembom. Sementara AS punya 651.
Lalu, Rusia memiliki 1.456 hulu ledak untuk ICBM dan SLBM serta hulu ledak nuklir pada pembom. Sedangkan AS mempunyai 1.357.
Baca Juga: Sektor Minyak Sumbang 80 Persen PDB Negara Timor Leste, Sisanya Berasal dari Mana?
Selain itu, Rusia memiliki 767 ICBM operasional dan non-operasional, peluncur SLBM, dan pembom. Adapun AS punya 800.
"Informasi tentang jumlah total senjata ofensif strategis Rusia dan AS diberikan per 1 Maret 2021, berdasarkan pemberitahuan yang dipertukarkan oleh kedua belah pihak pada Maret 2021 dalam Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START)," kata Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dikutip TASS.
Itu sesuai Ketentuan 2 Seksi II Bagian Empat dari Protokol New START.