Intisari - Online.com - India sedang mempertimbangkan kesepakatan perdagangan rupee-rubel dengan Rusia, sebuah proposal dari Moskow yang akan menempatkan New Delhi dalam konfrontasi dengan Barat.
Namun kesepakatan ini bisa membantu menopang ekonomi India melawan tekanan global termasuk harga minyak yang meningkat.
Dilansir dari Asia Times, India antusias melanjutkan perdagangan bilateral dengan Rusia walaupun ada tekanan kuat dari AS dan Uni Eropa seiring dengan rezim sanksi mereka kepada Rusia.
India menggantungkan banyak hal kepada Rusia terutama untuk persenjataan militernya, dan mencari prospek mengimpor minyak lebih murah di saat harga meroket sejak invasi ke Ukraina.
Pejabat lembaga perdagangan India mengatakan kesepakatan pembayaran bilateral dapat diterapkan paling cepat minggu depan, walaupun bank sentral dan kementerian keuangan India sejauh ini menghindari berkomentar secara resmi untuk masalah ini.
Harian ekonomi India, Economic Times, melaporkan bahwa pejabat bank sentral Rusia diharapkan bertemu minggu depan dengan rekan Cadangan Bank India (RBI) untuk mendiskusikan pembuatan kerangka aturan ini.
Tujuan mereka adalah membantu mempertahankan perdagangan bilateral dan operasi perbankan menghadapi sanksi-sanksi Barat yang diterapkan melawan perang Moskow menyerang Ukraina.
Laporan lokal mengutip pejabat kementerian keuangan India yang anonim mengatakan modalitas perdagangan rupee-rubel belum disusun secara rinci tapi satu kemungkinan adalah "penukaran rupee oleh bank Rusia untuk renminbi dari cabang bank Cina di India," seperti dilaporkan dari koran Business Standard.
Renminbi tidak seperti rupee, yaitu bisa dipakai oleh warga Rusia.
Sementara itu bank China bisa menggunakan rupee untuk membeli dolar, asalkan tidak menghadapi sanksi apapun, jelas laporan tersebut.
KOMENTAR