Kisah Kehidupan Tragis Putri Xijun, Berasal dari Keluarga Kekaisaran yang Terpaksa Jalani Kehidupan Perbudakan, Dipaksa Menikah Inses Demi Aliansi Politik

K. Tatik Wardayati

Editor

Putri Xijun, keluarga kekaisaran yang menjalani perbudakan.
Putri Xijun, keluarga kekaisaran yang menjalani perbudakan.

Intisari-Online.com – Pernikahan Putri Xijun dikenal sebagai aliansi pernikahan pertama yang tercatat dalam sejarah Dinasti Han.

Sayangnya, dia menjalani kehidupan yang tragis, meskipun dia berasal dari keluarga kekaisaran, tetapi dia terpaksa menjalani kehidupan perbudakan.

Kaisar Wudi memilihnya untuk tugas penting yaitu menikahkan dia dengan Raja Wusun.

Aliansi ini dimaksudkan untuk melindungi Han China dari orang Hun yang menyerang.

Namun, pernikahan itu membuat Putri Xijun kesepian, yang menginspirasinya membuat puisi menceritakan kesedihannya.

Selama berabad-abad, puisi yang dibuatnya itu telah menyentuh hati orang-orang China.

Putri Liu Xijun lahir sekitar tahun 124 SM, keluarganya adalah keturunan kekaisaran.

Kakek buyutnya adalah Kaisar Jing, kakeknya adalah Liu Fei, saudara dari Kaisar Wudi.

Baca Juga: Dipaksa Menikah Hingga Tiga Kali, Kisah Putri Jieyou, dari Keluarga Kekaisaran yang Dipermalukan, Namun Jadi Sosok Berpengaruh dan Dicintai di Kerajaan China Kuno, Mampu Kendalikan Wilayah Barat

Baca Juga: Wanita Paling Kuat dan Berpengaruh di Kekaisaran Romawi, Inilah Herodias, Putri Yahudi dan Penguasa Galilea, Istri Raja Herodes, yang Inginkan Kepala Yohanes Pembaptis di Atas Piring Perak

Ayahnya, Liu Jian, menjadi Pangeran Jiangdu, yang memiliki beberapa istri dan selir.

Catatan sejarah menggambarkan Liu Jian sebagai ‘brutal, inses, dan bejat’.

Ketika Liu Xijun masih bayi, ayahnya dituduh memimpin pemberontakan melawan keluarga kerajaan dan dipaksa untuk bunuh diri.

Pada tahun yang sama, ibunya dieksekusi di depan umum karena tuduhan menggunakan sihir.

Karena orangtuanya adalah penjahat publik terhadap bangsa, maka Liu Xijun dan saudara-saudaranya dipaksa menjadi budak di istana.

Pada tahun 105 SM, Kaisar Wudi membuat aliansi pernikahan dengan Lie Jiaomi, Raja Wusun.

Wusun adalah orang Indo-Eropa yang mendiami wilayah Danau Balkhash sekarang dan barat laut Xinjiang.

Populasi penduduknya terdiri dari 630.000 (yang sangat kecil dibandingkan dengan populasi Han yang berjumlah 58 juta orang).

Baca Juga: Kisah Putri Kesayangan Legendaris Permaisuri Cixi, Der Ling, Dayang dan Juru Bahasa yang Dididik di Prancis dan Terpapar Budaya Barat, Tulis Kehidupannya di Kota Terlarang dan Sisi Baik ‘Nyonya Naga’

Baca Juga: Dengan Mata Biru Tua dan Pipi Merah, Maria Nikolaeva Dianggap Putri Tercantik dari Keempat Putri Tsar Nicholas II, Berada di Belakang Ibunya Ketika Eksekutor Lumpuhkan Keluarga Kaisar Rusia

Aliansi ini memaksa Raja Wusun untuk membantu China melawan Xiongnu yang menyerang (dikenal oleh pembaca Barat sebagai Hun).

Kaisar Wu memilih keponakan buyutnya, Liu Xijun dan percaya bahwa dia adalah duta besar Han yang sempurna untuk Wusun.

Kaisar Wudi secara resmi menjadikannya cucu perempuannya dan memberinya gelar Putri.

Raja Lie Jiaomi memberi Kaisar Wudi 1.000 kuda sebagai hadiah pertunangannya.

Kemudian, Putri Xijun, yang ditemani oleh beberapa ratus pejabat, kasim, dan pelayannya, memulai perjalanan sejauh 4.828,03 km dari Chang'an ke Wusun.

Namun, ketika Putri Xijun akhirnya tiba di Wusun, dia menemukan bahwa Xiongnu juga mengirim Putri mereka untuk menikah dengan Raja Wusun.

Raja Wusun menikahi keduanya, tetapi dia lebih memilih putri Xiongnu, yang lalu menjadikannya ‘Nyonya Kiri’.

Sementara, Putri Xijun diangkat sebagai ‘Nyonya Kanan’, yang statusnya lebih rendah daripada Nyonya Kiri.

Baca Juga: Dijuluki ‘Permaisuri Licik dan Kejam’, Inilah Janda Permaisuri Dou, Meski Rendah Hati dan Cakap dalam Pemerintahan, Namun Lenyapkan Saingannya demi Takhta Saudara Laki-lakinya yang Kejam

Baca Juga: Terkenal Sebagai ‘Permaisuri Nakal’, Inilah Zhao Feiyan, Permaisuri Kaisar China yang Haus Selera Sensual yang Tidak Bisa Dipadamkan, Datang dari Keluarga Miskin yang Terpaksa Cari Makan di Jalanan

Pernikahan Puteri Xijun dengan Raja Wusun sangat tidak bahagia, karena dia tidak tahu bahasa dan tidak bisa berkomunikasi dengan suaminya.

Jadi, dia hanya melihatnya dua kali setahun pada acara-acara khusus.

Putri Xijun tidak pernah terbiasa tinggal di Wusun. Dia tidak suka tinggal di rumah yurt dan membangun istananya sendiri yang menyerupai arsitektur Cina.

Dia tidak suka makan daging mentah dan keju, karena itu, dia memutuskan untuk menyebarkan budaya Han ke seluruh wilayah.

Namun, dia masih kesepian dan ingin pulang.

Dia dianggap menulis puisi yang dicatat dalam The History of Han China: “Saya terpaksa menikah dengan Wusan, Yang tinggal di negeri yang jauh dari Han, Berlindung di yurt, makan daging mentah dan keju dingin, Saya menderita kerinduan dan kesedihan, Kalau saja saya bisa terbang seperti angsa, kembali ke tanah air saya.”

Puisi itu kemudian dikirim ke Kaisar Wudi, dan sangat menyentuh hati Kaisar Wudi, sehingga dia mengirim hadiah untuk menghibur cucu angkatnya itu.

Ketika Lie Jiaomi sedang sekarat, dia ingin dia menikahi cucunya.

Baca Juga: Gunakan Cara Kejam untuk Manipulasi Keinginannya, Inilah Ratu Fredegund dari Neustria, yang Mulanya Hanyalah Gundik Raja, Cekik Permaisuri, Bahkan Banting Tutup Peti Perhiasan pada Leher Putrinya

Baca Juga: ‘Terima kasih Tuhan! Saya Selamat!’ Ikut Terkena Sasaran Pembantaian Saat Tsar Nicholas II Dibantai Komunis Rusia, Inilah Anna Demidova, Pelayan Setia yang Karena Sulamannya Bikin Permaisuri Terkesan

Cucunya, Jun Xumi, akan menjadi Raja Wusun berikutnya, dan dia ingin aliansi pernikahan antara kedua negara berlanjut.

Putri Xijun merasa ngeri dan jijik saat mengetahui bahwa dia harus menikahi cucu tirinya.

Ini dianggap inses di Han Cina.

Dia memprotes pernikahan dan meminta Kaisar Wudi untuk campur tangan.

Namun, Kaisar Wudi memerintahkannya untuk mengikuti adat Wusun dan menikahi Raja yang baru.

Kaisar Wudi masih melihat pentingnya aliansi pernikahan.

Dengan enggan, Putri Xijun menikahi Jun Xumi, Raja Wusun berikutnya, kemudian melahirkan seorang anak perempuan bernama Shaofu.

Empat tahun setelah dia tiba di Wusun, Putri Xijun meninggal pada 101 SM.

Baca Juga: Digambarkan Sebagai Penyihir dan Ibu Tiri yang Jahat, Gunakan Kecantikannya untuk Tindakan Kejam, Inilah Kisah Putri Liji, Sebabkan Kematian Putra Mahkota Hingga Kekaisaran China Kuno Kacau Balau

Baca Juga: Rela Potong 'Organ Intim' Sendiri Demi Raih Posisi Mentereng di Kota Terlarang, Inilah para Kasim di China Kuno, Salah Satunya Sangat Sohor di Indonesia

Karena Putri Xijun tidak menghasilkan seorang putra, Kaisar Wudi mengirim putri lain, Jieyou, untuk menggantikannya.

Sementara Putri Xijun menghabiskan waktu yang singkat di Wusun, dia memberikan kontribusi ke Tiongkok.

Kisahnya menceritakan bagaimana dinasti Han menggunakan aliansi pernikahan untuk menjaga perdamaian dengan negara lain.

Puisi Putri Xijun adalah kontribusi terbesarnya, karena dalam kisahnya, kita melihat seorang putri sedih yang dipaksa menjadi pion politik untuk memenuhi ambisi Han China.

Baca Juga: Dijuluki ‘Ratu Nakal’ Karena Kendalikan Kebijakan Negara Lewat Pesona dan Daya Tarik Seksualnya, Inilah Janda Ratu Xuan, Selingkuh Hingga Tiga Puluh Tahun untuk Dapatkan Aliansi Politiknya

Baca Juga: ‘Tugasnya Mengurus Negara Membuat Laki-laki Malu’ Kisah Shangguan, Jadi Permaisuri Kaisar Zhao pada Usia Enam Tahun, Mengatur Negara dengan Bimbingan Kakeknya yang Bijaksana

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait