Intisari-Online.com – Ketika Jepang mencaplok Korea pada tahun 1910, banyak mantan bangsawan Korea yang diberi gelar bangsawan oleh pemerintah kekaisaran Jepang.
Hal itu dilakukan untuk meredakan kemarahan rakyat Korea.
Meskipun dari luar tampaknya para bangsawan ini diperlakukan secara luar biasa oleh Jepang, namun banyak dari mereka yang menjalani kehidupan yang tragis.
Salah satu kisah yang paling terkenal adalah kisah Pangeran Yi U, yang merupakan cucu Raja Gojong dan keponakan Raja Soonjong.
Bak jadi 'pion' propaganda ambisi kekaisaran Jepang, beginilah kehidupan tragis Pangeran Yi U, pangeran terakhir Korea, yang menolak menikahi wanita Jepang.
Pangeran Yi U lahir pada 15 November 1912, di Gyeonseong (sekarang Seoul), dua tahun setelah aneksasi Korea.
Tidak seperti kakak laki-lakinya yang membenci keturunan Korea dan bercita-cita menjadi orang Jepang, Yi U membenci Jepang dan ingin menjaga ke-Koreannya sejak kecil.
Yi U menolak untuk menikahi seorang wanita Jepang dan menikahi putri seorang bangsawan Korea pada tahun 1935, dan pada tahun yang sama dia lulus dari Akademi Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.
Pejabat Jepang sangat marah dengan keputusannya itu, tetapi itu disetujui karena ayah pengantin wanita adalah pria yang memiliki hubungan baik dengan pemerintah Jepang.
Seperti halnya setiap laki-laki mantan keluarga kerajaan Korea, Yi U juga dipaksa untuk bergabung dengan militer Jepang.
Pada tahun yang sama dia menikah, dia dipaksa untuk bergabung dengan militer Jepang dan berada di garis depan ambisi kekaisaran Jepang.
Yi U memulai dinas militernya di Tokyo dan dikirim ke Manchuria pada tahun 1937 di tengah perang Jepang melawan China.
Yi U juga lulus dari perguruan tinggi militer pada tahun 1941 dan mulai berkeliling Malaysia dan Filipina untuk menjadi alat propaganda ambisi kekaisaran Jepang di wilayah tersebut.
Dia kembali ke Manchuria dan bertugas sampai tahun 1945, dan diberhentikan dari militer pada Mei 1945, melansir History of Yesterday.
Yi U kembali ke Seoul untuk merawat putranya yang sakit, tetapi dia kembali mendapat panggilan militer pada bulan Juni untuk mempersiapkan serangan di daratan Jepang.
Dia tahu bahwa bila dia pergi ke Jepang berarti kemungkinan besar dia akan mati karena serangan udara, maka Yi U mengucapkan selama tinggal kepada anak-anak dan istrinya.
Dan dia pun ditugaskan di Hiroshima pada bulan Juli.
Sebulan kemudian, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom pertama di Hiroshima dan Yi U terkena radiasi parah, karena dia hanya berjarak 700 meter dari lokasi pengeboman.
Yi U tidak mati di tempat, tetapi kehilangan nyawanya pada lusa hari.
Pemakamannya dilakukan di Seoul pada bulan yang sama dan jenazahnya dimakamkan di dekat Seoul di sebelah Heungsun Daewongun, kakek buyutnya.
Kebanyakan orang Korea mengkritik mantan bangsawan Korea karena menjalani gaya hidup mewah selama masa pendudukan Jepang.
Padahal dari mereka itu hanyalah ‘pion’ dalam kampanye propaganda kekaisaran Jepang dan menemui akhir tragis ketika Kekaisaran Jepang jatuh.
Begitu pula yang terjadi pada Yi U, dia menghabiskan seluruh hidupnya di bawah kekuasaan Jepang dan digunakan oleh mereka untuk memajukan ambisi militer mereka.
Yi U akhirnya bertemu dengan salah satu akhir paling tragis dari mantan bangsawan Korea, yaitu menjadi salah satu dari banyak korban bom atom Hiroshima.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari