Namun, disebutkan bahwa Gulnus Sultan adalah wanita yang sangat pencemburu, yang menghabiskan waktunya membunuh permaisuri Medmeh IV dan bersikeras bahwa Mehmed IV membunuh saudara-saudaranya sendiri, yaitu Suleyman dan Ahmed.
Ibu mertua Sultan sendiri yang menghentikan Mehmed IV membunuh saudara-saudaranya sendiri.
Gulnus Sultan terinspirasi oleh Gerakan Kadizadeli, sebuah gerakan Muslim Konservatif, dan dia pun menjadi musuh non-Muslim.
Dia menjadi dekat dengan salah satu peserta gerakan bernama Feyzullah Efendi, yang menjadi tutor putranya Mustafa.
Ketika Mehmed IV sangat marah kepada Feyzullah Efendi dan ingin mengeksekusinya, Gulnus Sultan turun tangan dan menghentikannya.
Mehmed IV dan Gulnus Sultan mengalami pemerintahan yang sulit, ketika Kekaisaran Ottoman kehilangan wilayah dari Morea ke Eropa tengah, kemudian terjadi krisis keuangan, pemberontakan, dan kelaparan.
Mehmed IV kehilangan dukungan dari pada abdi dalemnya, yang sangat mengkritik kesenangan berburunya, hingga mereka mencopot Mehmed IV demi saudaranya, Suleyman II, pada 8 November 1687.
Gulnus Sultan kemudian dikirim ke Istana Lama, yang lalu tinggal menyendiri selama delapan tahun, dan hanya fokus mengelola harem.
Meskipun tidak berdaya di istana, Wazir Agung yang dilantiknya ketika menjadi Haseki masih kuat dan membantu memerintah istana.
Pada 7 Februari 1695, putra Gulnus Sultan, Mustafa II, menjadi Sultan Kesultanan Utsmaniyah.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR