Intisari-Online.com - Pada 29 Mei 1453, Konstatinopel, ibukota Kekaisaran Bizantium jatuh ke tangan tentara Turki Utsmaniyah yang telah mengepung kota selama tujuh minggu.
Kemenangan itu dipimpin oleh Sultan Mehmed II yang saat itu berusia 21 tahun.
Dari perspektif penguasa Eropa, itu merupakan pukulan besar bagi umat Kristen: keseimbangan kekuasaan di dunia telah berubah untuk selamanya.
Hampir tiga dekade kemudian, Ottoman menyerang lebih dalam ke Eropa, menyerbu kota Italia selatan Otranto.
Melansir BBC, pada 1529, pasukan Ottoman yang dipimpin oleh Sultan Suleyman berada di luar tembok Wina.
Menurut Haydn Williams, penulis Turquerie: An Eighteenth-Century European Fantasy, yang diterbitkan tahun 2014, Eropa Barat jatuh dalam "keadaan syok".
Bahkan, reputasi Ottoman dalam disiplin militer tumbuh begitu besar sehingga adikuasa Islam bahkan mengilhami istilah baru di antara orang Eropa saat itu ketakutan: "bahaya Turki", atau Turkengefahr, seperti yang dikatakan oleh penutur bahasa Jerman. Paranoid ini bertahan lama.
Pada abad ke-16 dan ke-17, dunia masih merupakan tempat yang terpecah-pecah, terbagi antara Barat Kristen dan musuh bebuyutan Islamnya di Timur.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR