Intisari-Online.com -Kementerian PertahananRusiabersumpah akan melanjutkan serangannya dengan menghancurkanpangkalan militer Yavorov tanpa ampun.
Rusiamengklaim mengetahui lokasi di mana saja tentara bayaran kiriman Barat yang tersebar di Ukraina.
"Kami tahu semualokasi tentara bayaran asing di Ukraina," katajuru bicara militerRusiaMayor Jenderal Igor Konashenkov sebagaimana diwartakanRt.com, Senin (14/3/2022).
"Tidak adabelas kasihan bagi tentara bayaran, di mana pun mereka berada di Ukraina."
Sementara itu, melansir Sputniknew.com, pihak berwenang Donetsk mengatakan bahwa rudal Tochka-U Ukraina berhasilditembak jatuh di dekat Gedung Pemerintah di pusat kota.
Data awal menyebutkan, akibat serangan itu ada 20orang tewas.
Penembakan Donetsk dengan bom curah menunjukkan keganasanAngkatan Bersenjata Ukrania yang tujuannyamembunuh sebanyak mungkin warga sipil, kata juru bicara kementerian pertahanan Rusia Igor Konashenkov pada Senin (14/3/2022).
Keputusan untuk melancarkan serangan rudal diputuskan olehkomando unit Ukraina.
Sebelum penyerangan terjadi,kepala Republik Rakyat Donetsk (DPR) Denis Pushilin mengatakan ada anak-anak yang tewas akibat serangan Ukraina yang menargetkanDonetsk menggunakan rudal Tochka-U.
"Orang-orang sedang mengantre halte saat penyerangan terjadi. Data awal menyebut 20 orang tewas dan 9 lainnya luka-luka,"kata Pushilin.
Pushilin menekankan bahwa jika Tochka-U mencapai tujuannya, maka akibat kehancurannya bisa mencapai jarak 500 meter.
"Tidak akan ada yang hidup. Tidak tersisa.Ini mengerikan, tetapi itulah Ukraina yang harus segera kita tangani," katanya.
Rudal Tochka-U yang digunakan untuk menyerang kota Donetsk berisi munisi tandan yang dilarang, tambah Denis Pushilin.
"Klarifikasi kecil: Tochka-Umembawa munisi tandan, yang dilarang."
"Jika tidak ditembak jatuh, akan ada lebih banyak korban yang meninggal," kata Pushilin.
Kementerian kesehatan Republik Rakyat Donetsk melaporkan bahwa dua puluh tiga orang termasuk satu anak terluka akibat serangan Ukraina.
Pada 24 Februari, Rusia melancarkan operasi militer di Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut hanya melakukan demiliterisasi dan melucuti pengaruh Nazi di Ukraina.
(*)