Intisari-Online.com - Penemuan bubuk mesiu menjadi cikal bakal diciptakannya senjata api yang kemudian mengubah cara manusia berperang.
Ternyata, penciptaan bubuk mematikan yang satu ini justru bermula dari obsesi Kaisar China untuk hidup panjang umur.
Pada akhirnya bubuk mesiu digunakan China di bawah pemerintahan Dinasti Song untuk berperang melawan Bangsa Mongol.
Bubuk ini pun kemudian diperdagangkan dan menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Melasir Thoughtco, Kaisar Wu (156-87 SM) dari dinasti Han membiayai penelitian yang dilakukan oleh para alkemis tersebut.
Para alkemis kemudian bereksperimen dengan belerang dan saltpeter (kalium nitrat), memanaskannya untuk melihat reaksinya.
Eksperimen demi eksperimen dilakukan oleh mereka dan dicatat oleh Wei Boyang di dalam "Book of the Kinship of the Three".
Wei Boyang adalah seorang alkemis dan penulis terkemuka dari Dinasti Han China.
Eksperimen selanjutnya dilakukan, campuran belerang dan saltpeter ditambah dengan arang, yang awalnya digunakan sebagai obat penyakit kulit dan fumigan.
Selama abad ke-8 di bawah Dinasti Tang, campuran 3 zat itu sebenarnya telah menjadi formula bahan peledak yang disebut juga "huoyao" atau bubuk mesiu.
Tetapi baru pada 904 M di bawah Dinasti Song China, bubuk mesiu digunakan sebagai bahan bakar senjata api untuk berperang melawan bangsa Mongol, setelah beberapa lama digunakan untuk membuat kembang api.
Sehingga, mulanya formula bubuk mesiu itu sama sekali tidak digunakan sebagai bahan senjata api, melainkan cenderung untuk kebutuhan obat medis yang berbahaya.
Melansir livescience, Bangsa Mongol adalah yang pertama menjadi sasaran tembakan terbangg, panah yang dipasang dengan tabung bubuk mesiu yang menyala dan kemudian akan didorong melintasi garis musuh.
Lebih banyak senjata berbasis bubuk mesiu ditemukan oleh orang China dan disempurnakan melawan bangsa Mongol di abad-abad berikutnya, termasuk meriam dan granat pertama.
Bahkan para sejarawan percaya, dengan hanya efek psikologis saja dari teknologi baru yang membingungkan tersebut, kemungkinan membantu orang China memenangkan pertempuran melawan bangsa Mongol.
Bubuk mesiu entah bagaimana tetap menjadi monopoli Cina sampai abad ke-13.
Baru ketika itu, ilmu pengetahuan tentang bubuk mesiu diteruskan di sepanjang rute perdagangan sutra kuno ke Eropa dan dunia Islam, di mana ia menjadi faktor penentu dalam banyak pertempuran Abad Pertengahan.
Pada tahun 1350, meriam bubuk mesiu yang belum sempurna menjadi hal biasa di militer Inggris dan Prancis, yang menggunakan teknologi tersebut untuk melawan satu sama lain selama Perang Seratus Tahun.
Turki Utsmani juga menggunakan meriam bubuk mesiu selama pengepungan Konstantinopel yang sukses pada tahun 1453.
Langkah penting berikutnya untuk mesiu datang ketika bahan peledak ini dimasukkan ke dalam laras pistol, yang pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-15, yang pada dasarnya merupakan meriam dengan ukuran portabel.
Bubuk mesiu masih menjadi bahan dasar bagi banyak senjata modern, termasuk senjata api, meskipun tentu saja ini bukan lagi kekuatan paling eksplosif yang tersedia untuk tentara.
Itulah sejarah penemuan bubuk mesiu yang ternyata bermula dari obsesi Kaisar China untuk berumur panjang.
Baca Juga: Latar Belakang Serangan Umum 1 Maret 1949 yang Terjadi di Yogyakarta
(*)