Intisari - Online.com -Pembuat mobil terbesar di Eropa berencana membuat mobil listrik sebanyak 1 juta di China tahun depan.
Melansir Asia Times, pasar mobil listrik China adalah sebuah paradoks finansial seperti sedikit lainnya yang telah ditemui perusahaan-perusahaan beberapa negara.
Pertumbuhan mobil listrik akan menjadi pertempuran antar geng.
Bahkan di tengah pandemi yang membunuh kebutuhan dan kekurangan semikonduktor di tahun 2021, penjualan meningkat 160%.
Pembuat mobil listrik di China daratan menjual kira-kira tiga juta unit secara lokal tahun lalu, naik dari 1,3 juta di tahun 2020.
Ini artinya penjualan mobil listrik di China meningkat lebih dari dua kali lipat dari irama global.
Meskipun begitu, Michael Dunne, CEO penasihat ZoZo Go, mengingatkan bahwa "semua sepakat sudah ada banyak merk mobil listrik di China."
Pejabat di Beijing mengklaim ada sebanyak 200 merk, Dunne mengatakan bahwa menambah satu merk lagi "tampaknya terjadi tiap minggu."
Dunne mencatat hal ini mendapat misteri jelas untuk industri ini.
"Berapa banyak yang akan berdiri dalam lima tahun ke depan? Pertanyaan sulit, mengignat ekonomi politik berlumpur China bekerja dengan cara tidak terduga."
Yang paling menarik, mungkin adalah bagaimana Volkswagen, perusahaan mobil terkemuka Jerman, akan membuat mobil listrik di China walaupun kekhawatiran kelebihan jumlah.
Pembuat mobil terbesar di Jerman itu mengatakan akan membangun sebanyak 1 juta mobil listrik per tahun di China sejak tahun 2023 mendatang.
CEO merk Volkswagen, Ralf Brandstaetter mencatat bahwa ekspansi itu akan memerlukan meningkatkan permainan jaringan penjualan perusahaan di China dan juga meningatkan ambisi perkembangannya.
Dorongan yang asli di sini, dikatakan Brandstaetter, akan dimulai Agustus ketika ia pindah ke Beijing dari Wolfburg untuk sementara waktu mengawasi ekspansi itu.
Hal ini akan menjadi simbol bagi Volkswagen untuk memenangkan pasar mobil listrik China yang kompetitif seperti halnya kendaraan bertenaga gas.
Untuk melakukannya, Volkswagen mengadopsi pendekatan merendah-untuk-meroket.
Pendekatan ini adalah harapan Volkswagen memenangkan kepercayaan dan kesetiaan warga China memilih Volkswagen guna mendukung penciptaan lapangan pekerjaan.
Hal ini mirip dengan cara pembuat mobil Jepang beroperasi di Amerika Serikat (AS).
"Di masa lalu, pendekatan kami adalah untuk mengembangkan di Jerman dan melokalkan di China," Brandstaetter mengatakan kepada Asia Nikkei.
"Namun pendekatan ini akan berubah secara signifikan dengan menyiapkan lebih banyak sumber daya lokal untuk riset dan pengembangan, terutama untuk perangkat lunak, agar lebih cepat dan lebih mandiri di China."
Brandstaetter menambahkan bahwa "kami juga menggunakan tren teknologi ini untuk seluruh muka bumi dan entitas kami yang lain."
Itu artinya fokus yang kuat untuk kendaraan yang terhubung dengan internet lebih dipilih di daratan China dan mobil listrik menawarkan dengan fungsi mengendarai sendiri.
Kongsi gabungan yang secara mayoritas dimiliki Volkswagen akan beroperasi dari pabrik baru di Provinsi Anhui.
Tahun 2023, fasilitas ini diharapkan menghasilkan 300.000 kendaraan setiap tahun.
Baca Juga: Menteri Susi dan Jonan 'Sentil' Sri Mulyani soal Insentif Mobil Listrik, Sejauh Mana Persiapannya?
Tambahan dalam kongsi dengan FAW Group dan SAIC Motor dan hal itu memberikan produksi Volkswagen sebanyak 1 juta mobil per tahun.
Hal ini akan meningkatkan kontribusi China sebanyak 20% produksi global Volkswagen.
Itu juga membuat Volkswagen menjadi mikrokosmik untuk industri paradoks di daratan China ini.
Di sisi lain, jumlah merk mobil listrik yang bersaing untuk dasar permintaan yang masih terbatas tampaknya mendapatkan bendera merah.
Sehingga tampaknya ada hambatan dalam produksi semikonduktor dan rantai produksi lainnya.
Masalahnya, meningkatnya penjualan mobil listrik di China tahun lalu sulit tidak membuat Eropa tidak tergiur.