Tentu saja ini membuat raja Badung murka, lalu memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Dewa Manggis Kuning.
Putra Raja Gelgel tersebut yang mengetahui menjadi buronan raja Badung, segera menyelamatkan diri menuju ke Pinatih, dan bersembunyi di salah satu rumah penduduk yang bernama I Gusti Pahang Pinatih, yang ternyata adalah penguasa di Pinatih.
Ketika I Gusti Pahang Pinatih mengetahui bahwa Dewa Manggis Kuning yang bersembunyi itu adalah putra raja Gelgel dan sedang dalam pelarian, dia pun menaruh simpati.
I Gusti Pahang pun kemudian menikahkan Dewa Manggis Kuning dengan putrinya yang bernama I Gusti Ayu Pahang, yang kemudian menemani Dewa Manggis dalam pelarian menuju timur ke Hutan Bengkel.
Di tempat inilah kemudian pasangan suami istri itu membangun sebuah pondok untuk tempat tinggal mereka hingga berkembang dan banyak yang menetap.
Mengutip dari buku Ensiklopedi Kerajaan-kerajaan Nusantara; Hikayat dan Sejarah, karya Ivan Taniputera (2017), Dewa Manggis Kuning kemudian dianggap sebagai pemimpin di Hutan Bengkel.
Ketika terjadi pemberontakan di Kerajaan Gelgel oleh Patih Agung Gusti Agung Maruti, Dewa Manggis Kuning membantu rajanya, Dewa Agung Jambe, yang adalah kemenakannya.
Keberanian yang ditunjukkan dalam membantu mempertahankan Kerajaan Gelgel dari pemberontak, membuat nama Dewa Manggis Kuning menjadi terkenal di seluruh Bali hingga terdengar oleh Raja Buleleng, I Gusti Barak Panji Sakti.
Raja Buleleng ini merasa tertantang dan menyerang Dewa Manggis Kuning di Hutan Bengkel, namun Dewa Manggis Kuning berhasil mengalahkan Raja Buleleng bersama pengikutnya dengan menggunakan tombak pusakanya.
Untuk selanjutnya, tombak pusaka Dewa Manggis Kuning ini nantinya menjadi pusaka utama raja-raja yang memerintah Kerajaan Gianyar.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR