Advertorial

Dipercaya oleh Masyarakat Jawa Turun-temurun, Inilah Jamu Setelah Persalinan Menurut Primbon Jawa yang Bisa Dipraktikkan

K. Tatik Wardayati

Editor

Dipercaya oleh masyarakat Jawa secara turun-temurun, inilah jamu setelah persalinan menurut primbon jawa yang bisa dipraktikkan.
Dipercaya oleh masyarakat Jawa secara turun-temurun, inilah jamu setelah persalinan menurut primbon jawa yang bisa dipraktikkan.

Intisari-Online.com – Setelah bayi lahir biasanya seorang ibu mengalami masa-masa pemulihan agar kembali dalam kondisi fit seperti sediakala.

Biasanya, usia untuk ibu agar benar-benar fit mencapai 40 hari setelah melahirkan.

Proses persalinan yan gmenguras tenaga dan penuh perjuangan antara hidup dan mati ini juga menyisakan semacam luka yang butuh waktu untuk pemulihan.

Maka, untuk mempercepat proses pemulihan agar kondisi ibu normal kembali maka diperlukan jamu bersalin yang dapat membantu proses tersebut.

Beberapa jenis jamu yang sering diminum dan dioleskan menurut primbon Jawa, seperti berikut ini:

Jamu untuk diminum

- Jamu yang tebruat dari campuran gorengan bawang putih, lengkuas, dan garam. Bahan yang telah digoreng tersebut kemudian ditumbuk hingga halus. Tambahkan air secukupnya, dan saring, lalu diminum.

- Jamu parem, dengan bahan-bahannya adalah mungsi jawa, ketumbar, adas pulawaras, cengkeh, jinten hitam, kapulaga, bunga pala, sukmadiluwih, widara laut, kayu manis, secang, kedawung, kayu angin, pala, kunyit, kencur, temulawang, temugiring, dan asem hitam.

Bahan-bahan tersebut dikeringkan terlebih dahulu, setelah kering kemudian ditumbuk menjadi satu, hasil tumbuhan bisa diseduh dengan air secukupnya.

Baca Juga: Ramuan Jamu Atasi Kembung pada Bayi Menurut Primbon Jawa yang Masih Dipercaya Orang-orang Tua Hingga Kini

Baca Juga: Jamu Haid Menurut Primbon Jawa, Dikonsumsi Para Wanita Agar Tidak Merasakan Nyeri dan Sakit Serta Datang Bulan Menjadi Teratur

- Jamu setelah 40 hari terbuat dari kayu manis, cabai, mungsi, jinten hitam, klabet, kemukus, kayung jang-jang, bunga pala, kedawung yang dibakar, pulasari, podhisari, murmak daging, sintok, getah pelang, seprantu, daun trawas, bunga lawang, dan jenitri.

Bahan-bahan tersebut ditumbuk halus dan campurkan air secukupnya kemudian disaring, lalu minum.

Jamu untuk dioleskan dan sebagai bedakb

- Beras kecur ditumbuk sebagai bedak di pagi dan sore hari.

- Bedak tumbuk yang terbuat dari dinglo, bengle, temutis, daun poo, lempuyang emprite, seprantu, kencur, kulit, dan daun jeruk purut, sintok, mesoyi, kayu angin, cabai, bawang putih, bawang merah, cengkeh, adas pulawaras, pala, jinten putih dan hitam, mungsi, waronsari, merica putih, kembang tapen, dan air secukupnya.

- Bedak untuk perut terbuat dari bengle, kembang kenanga, ketumbar bolong, dan jongrahab. Bahan-bahan tersebut ditumbuk dan ditambahkan air secukupnya.

- Bedak untuk perut yang terbuat dari daun sirih, ketumbar bolong, bengle dan jongrahab. Bahan-bahan tersebut ditumbuk dan ditambahkan air secukupnya.

- Bedak untuk pilis (pelipis) yang dioleskan pada pagi hari. Pilis terbuat dari bawang merah, daun turi, ketumbar bolong, dan jongrahab. Bahan-bahan tersebut ditumbuk hingga halus dan campurkan air secukupnya.

Baca Juga: Bisa Bikin Pembuluh Darah Pecah Bila Salah Mengejan Saat Persalinan Normal, Begini Cara yang Benar Saat Mengejan

Baca Juga: Makna Tanda Lahir Merah Menurut Primbon Jawa, dan Makna Tanda Lahir Lain Berdasarkan Letak di Tubuh

- Bedak pilis singgul yang terbuat dari dinglo, bengle, ketumbar, mesoyi, kunyit, jenggot ajar, jinten halus, lempuyang, dan isi seprantu. Bahan-bahan tersebut kemudian ditumbuk dan ditambahkan air secukupnya.

-Bedak yang terbuat dari kunyit, jinten hitam, dinglo, bengle, ketumbar, lempuyang, mesoyi, kayu angin, serai, kayu timur, ganti, tegari, kemukus, kencur,, cendana, dan sintok.

Semua bahan dicampur dengan sedikti air dan ditumbuk, kemudian bentuk bulatan sebesar kelereng dan keringkan.

Cara pemakaiannya mudah, bulatan-bulatan yang telah kering tersebut dicampur sedikit air. Oleskan bedak tersebut pada pagi dan sore hari dan lakukan secara rutin kurang lebih selama 1 bulan.

Anda boleh saja tidak percaya dengan hal tersebut di atas, tetapi anggap saja sebagai tambahan pengetahuan untuk melestarikan warisan leluhur budaya bangsa kita. (ktw)

Baca Juga: Tak Cuma Dilarang Makan Durian, Primbon Jawa Ungkapkan Larangan Selama Hamil yang Diyakini oleh Tradisi Jawa

Baca Juga: Meski Digratiskan untuk Masyarakat Tetapi Empat Kelompok Orang Ini Tidak Boleh Mendapatkan Vaksin Covid-19, Salah Satunya Ibu Hamil

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait