Intisari-Online.com - Konflik Rusia dan Ukraina kian memanas, militer Amerika Serikat (AS) pun tak tinggal diam.
Pentagonbersiapmengerahkan tentara AS untuk hadapi konflikRusia dan Ukraina jika perang pecah.
Dilansir daribbc.com pada Selasa (25/1/2022), sekitar 8.500 tentara AS yang siap tempur berada dalam siaga tinggi siap untuk dikerahkan dalam waktu singkat di tengah meningkatnya ketegangan di Ukraina.
Sikap Pentagon ini membalas aksi militer Rusia yangmenempatkan 100.000 tentaranya di perbatasan Ukraina.
Presiden AS Joe Biden mengadakan panggilan video dengan sekutu mereka di Eropa pada hari Senin lalu.
Di mana pembicaraan mengenai strategi bersama melawan agresi Rusia.
Pentagon mengatakan belum ada keputusan yang dibuat tentangkapan akan mengerahkan pasukan.
Semua itu bergantung padaaliansi militer NATO.
Jika NATOmemutuskan untuk mengaktifkan kekuatan reaksi cepat, maka tentara AS sudah siap.
Yang jelas, saat ini, tidak ada rencana tentara AS untuklangsung mengerahkan pasukanke Ukraina sendirian.
Jika AS menunggu NATO, maka beberapa anggota NATO tidak.
Beberapa anggota NATO seperti Denmark, Spanyol, Prancis, dan Belanda sudah merencanakan atau mempertimbangkan untuk mengirim jet tempur dan kapal perang ke Eropa timur untuk memperkuat pertahanan di wilayah tersebut.
AS sendiri memang tidak langsung menerjunkan pasukannya.
Tapi mereka memilih mengirimkan sekitar 90 ton bantuan mematikan, termasuk amunisi untuk pembela garis depan di Ukraina.
Para pemimpin Uni Eropa (UE) Ursula von der Leyen dan Charles Michel mengatakan semua negara UE setuju untuk bersatu.
Jika serangan Rusia lebih lanjut ke Ukraina terjadi, para pemimpin sepakat bahwa sekutu harus memberlakukan tanggapan pembalasan yang cepat.
Termasuk paket sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Kita perlu menjelaskan kepada Kremlin, Rusia, bahwamenyerang Ukraina bisa membawa malapetaka," tegas UE.
Rusia sendiri belum menangapi gejolak ini.
Yang jelas tuntutan mereka hanya satu. Merekamelihat NATO sebagai ancaman keamanan.
Sehingga Rusia menuntut jaminan hukum bahwa NATO tidak akan mengembangkan kekuasannyalebih jauh ke timur.
Termasuk ke negara tetangga Ukraina.
Akan tetapi AS mengatakan bahwa masalah yang dipertaruhkan adalah agresi Rusia, bukan ekspansi NATO.