Intisari - Online.com -Sebuah latihan militer gabungan oleh Rusia dengan China dan Iran akan dilaksanakan sejak Jumat 21/1/2022 kemarin dengan ketiga negara melangsungkan latihan angkatan laut.
Latihan ini dilaksanakan di utara Samudera Hindia.
Tujuannya adalah menguatkan "masa depan bersama mereka".
Melansir Express, Mustofa Tajoldin, seorang pejabat humas dari angkatan bersenjata Iran mengatakan kepada media ISNA latihan tersebut dinamai "Sabuk Keamanan Angkatan Laut 2022", dan merupakan latihan angkatan laut gabungan ketiga antara ketiga negara.
Tajoldin mengatakan: "Tujuan latihan ini adalah menguatkan kekuatan dan pondasinya di wilayah ini, dan untuk memperluas kerjasama multilateral antara ketiga negara untuk bersama-sama mendukung perdamaian dunia, keamanan maritim dan menciptakan sebuah komunitas maritim dengan masa depan bersama."
Operasi ini bukan satu-satunya latihan militer gabungan yang dilakukan oleh Kremlin.
Latihan lain dinamai "Sekutu Penyelesaian" akan dilakukan di Eropa Timur sebagai latihan militer gabungan dengan Belarusia sejak Februari.
Latihan militer melibatkan 140 kapal perang, 60 pesawat dan sekitar 10.000 tentara.
Tujuannya adalah menguji dan meningkatkan kemampuan negara-negara itu untuk "melawan agresi eksternal," seperti dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Rusia.
Media Interfax mengutip Alexander Fomin yang mengatakan: "Tujuan latihan ini adalah untuk menekan dan menolak agresi eksternal selama operasi pertahanan, melawan teroris dan melindungi kepentingan dari negara Union (Rusia dan Belarusia)."
Operasi gabungan Moskow datang di tengah ketegangan yang tumbuh antara pemerintah Vladimir Putin dan Barat atas konflik Ukraina.
"Sekutu Penyelesaian" akan dilaksanakan di dekat pinggiran barat Belarusia, perbatasan Polandia dan Lithuania dan apit selatan dengan Ukraina, serta dibagi dalam dua fase, seperti dijelaskan oleh Kementerian Pertahanan Belarusia.
Selama fase pertama sampai 9 Februari, Moskow dan Minsk akan melatih pengiriman pasukan, mempertahankan fasilitas militer dan menilai kemampuan pertahanan udara.
Selama latihan kedua dari Februari 10 sampai 20, pasukan kedua belah pihak akan melatih "menghancurkan formasi bersenjata ilegal dan sabotase musuh serta kelompok kebangkitan".
Pasukan militer Rusia dan peralatannya mulai sampai di Belarusia untuk "Sekutu Penyelesaian" pada Senin, dan Fomin mengatakan 12 jet tempur Sukhoi Su-35, dua unit sistem rudal anti-pesawat S-400 dan sebuah sistem rudal Pantsir akan diluncurkan.
Rencana tersebut memberikan kepastian kepada Barat bahwa Moskow tidak berniat untuk meningkatkan perselisihannya dengan Kiev.
Dengan 100.000 tentara Rusia yang saat ini dikumpulkan di dekat perbatasan Ukraina, AS, UE, dan Inggris semuanya memperingatkan Kremlin tentang konsekuensi serius jika menyerang.
Konflik antara dua negara Timur, yang pernah menjadi dua republik terbesar di Uni Soviet, mulai menguat pada Oktober tahun lalu setelah peningkatan singkat pada awal April.
Inti dari krisis adalah pengetatan hubungan antara pemerintah Ukraina dan NATO, yang dianggap Moskow sebagai ancaman.
Di tengah pembicaraan keamanan pekan lalu, Sergei Ryabkov, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, mengatakan: "Bagi kami, mutlak wajib untuk memastikan bahwa Ukraina tidak pernah, tidak pernah, menjadi anggota NATO."
Sejauh tahun 2008, aliansi militer berjanji kepada Kiev suatu hari nanti akan memberi mereka keanggotaan.
Meskipun tidak mungkin Ukraina akan diundang untuk bergabung dalam waktu dekat, sebagaimana dikonfirmasi oleh Presiden AS Joe Biden pada hari Rabu, Barat bersikeras untuk menyerah pada tuntutan Moskow.
Wendy Sherman, Deputi Menteri Luar Negeri AS, mengatakan: "Kami tegas ... dalam mendorong kembali proposal keamanan yang hanya non-starter ke Amerika Serikat."
Putin juga menginginkan jaminan dari NATO bahwa senjata "strategis" atau nuklir tidak pernah ditempatkan di tanah Ukraina.
Pada hari Jumat, Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, berusaha untuk menawarkan Sergey Lavrov, menteri luar negeri Rusia, sebuah "jalan keluar diplomatik" untuk meredakan ketegangan.
Pertemuan kedua pejabat di Jenewa itu menyusul klaim Biden bahwa Presiden Putin pasti akan "menguji Barat".
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini