Intisari-Online.com - Nama anggota DPR RI, Arteria Dahlan, mendadak jadi bahan pembicaraan.
Ini semua terjadi ketika Arteria Dahlan pada rapat kerja dengan Kejaksaan Agung menyampaikan pesan kepada Jaksa Agung ST Burhanuddin.
Di mana dia mau menindak tegas Kajati yang rapat menggunakan bahasa sunda.
Sikap Arteria Dahlan sendiri langsung mendapat respon dari berbagai pihak.
Salah satunya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan bahwa pernyataan Arteria Dahlan melukai kebinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Oleh karenanya dia meminta Arteria Dahlan meminta maaf kepada masyarakat Sunda.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juga langsung memberikan peringatan keras kepada anggota fraksinya itu.
“Partai kita memberikan peringatan keras kepada Arteria Dahlan,” tegas Ketua DPP Badan Kehormatan Partai Komaruddin Watubun kepada KOMPAS TV pada Kamis (20/1/2022).
Tak sampai disitu, ada pihak yang sampai memasang baliho bertuliskan 'Arteria Dahlan Musuh Orang Sunda'.
Kini, baliho tersebut dipasang di seberang Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat pada Rabu (19/1/2020).
Bahasa Sunda memang merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Lebih dari itu, sunda juga pernah 'menyatukan' Indonesia.
Apa maksudnya?
Dulu, wilayah Indonesia pernah bernama Sundaland.
Sundaland atau garis pantai zaman es masih menyatukan Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan beberapa pulau kecil Indonesia lainnya dengan seluruh negara Asia Tenggara.
Kejadian ini terjadi ketika Indonesia memasuki zaman es.
Zaman es adalah ketika 21.000 SM yang lalu atau ketika plaent Bumi pada zaman es The Last Glacial Maximum (LGM).
LGM sendiri mengacu pada periode sejarah Bumi saat gletser berada pada posisi paling tebal dan permukaan laut paling rendah.
Nah, coba lihat peta zaman es ini.
Dari peta tersebut terlihat beberapa pulau masih bersatu. Salah satunya ternyata Sundaland.
Pada masa itu, suhu Sundaland diperkirakan mencapai 2-3 derajat Celcius.
Bahkan tinggi permukaan laut mencapai 125 meter lebih rendah dibandingkan permukaan laut saat ini.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR