Harga daging sapi kini dua kali lipat dari rujukan harga dari Bank Dunia.
Bahan pangan dasar seperti beras juga sangat mahal, dua kali lipat rata-rata global.
Kombinasi berbagai faktor berkontribusi pada masalah ini termasuk efek mengganggu dari kelangkaan akibat pandemi Covid-19.
Namun aturan kebijakan pemerintah bertujuan mencapai swasembada pangan yang dibayar dengan kemitraan perdagangan internasional adalah yang paling berbahaya.
Kebijakan-kebijakan ini juga telah menghalangi investasi asing di Indonesia yang diperlukan dalam industri pangan lokal untuk berpacu dengan pertumbuhannya yang cepat.
Kebijakan ini justru menahan ekonomi Indonesia untuk bisa pulih dari Covid-19.
Strategi apapun untuk pemulihan ekonomi Indonesia pasca Covid-19 menurut Springer harus dilandaskan pada keamanan pangan.
Harga pangan yang tidak stabil juga menyulitkan warga miskin Indonesia, dengan keluarga miskin menghabiskan 64% dari pendapatan mereka pada pangan, dibandingkan dengan 20% keluarga kaya di Indonesia yang menghabiskan 42% saja untuk pangan.
Untuk membuat kondisi lebih buruk, pandemi Covid-19 telah mendorong satu juta warga Indonesia kembali miskin.
Meskipun Indonesia bersikeras membangun swasembada pangan, Indonesia masih terus mengimpor banyak komoditas dasar, yang ditunjukkan oleh peningkatan impor lima kali lipat untuk pangan kelas tinggi dan terproses selama 20 tahun terakhir.
KOMENTAR