Abar Sentani, Kelompok Masyarakat yang Melestarikan Sagu Sebagai Pangan Lokal, Tampak Sedap!

Maymunah Nasution

Editor

Suku Korowai telah tinggal di Papua sejak 10.000 tahun yang lalu
Suku Korowai telah tinggal di Papua sejak 10.000 tahun yang lalu

Intisari-online.com -Sagu masih menjadi jantung kehidupan masyarakat Papua.

Salah satunya oleh masyarakat Kampung Abar Distrik Ebungfau Kabupaten Jayapura, Papua.

Kampung yang berpenduduk 198 orang itu memiliki kearifan lokal dalam bentuk membagi tugas mengolah sagu.

Dikutip dari Tribun Papua, Naftali Felle (60) sebagai Kepala Suku atau Ondoafi Kampung Abar menjelaskan proses pengolahan sagu di kampungnya itu.

Baca Juga: Walau Diprotes Oleh Suku Papua Karena Membunuh Sagu, Kelapa Sawit Bak Komoditas Unggulan yang Dipaksakan untuk Hidupi Bumi Cendrawasih, Ini Datanya

"Untuk memperoleh tepung Sagu, bukanlah suatu hal yang mudah, sebab dibutuhkan waktu, tenaga ekstra dan juga memerlukan alat yang khusus pula," katanya.

Naftali menjelaskan, proses awalnya dimulai dengan pemilihan pohon Sagu, yang usianya sudah siap, untuk dipanen.

"Biasanya usia pohon yang siap untuk dipanen, yakni telah berumur 15 tahun," tandasnya.

Setelah sagu dipilih, berikutnya melakukan pembersihan tanaman atau batang pohon sagu.

Baca Juga: 'Kelapa Sawit Membunuh Sagu', Syair Sedih Tetua Adat Suku Marind Anim di Merauke, Papua, yang Wakili Kesedihan Suku Mereka: Lahan Digerus, Makan Pun Tak Terurus

Membersihkannya adalah dari sisa-sisa pelepah daun.

Batang juga dibersihkan dari tanaman lain yang tumbuh di sekitar pohon sagu.

Pohon sagu yang sudah ditebang kemudian dikupas kulitnya sampai terlihat serat (empulur) yang di dalamnya mengandung pati sagu.

Kemudian menurut Naftali, serat atau empulur tersebut, diambil untuk diproses, hingga menghasilkan tepung Sagu.

Baca Juga: Pantang Mundur Meski Sudah Diusir Berkali-kali, Fotografer Ini Akhirnya Berhasil Ungkap Proses Mumifikasi di Bumi Papua, Caranya Bikin Shock, Beda dengan Mesir!

Dalam pengambilan empulur, biasanya dilakukan dengan memangkur, atau dalam bahasa sehari-hari warga Abar, menyebutnya dengan sebutan menokok.

Tujuan dari menokok ini ialah, agar empulur dapat terpisah dari dalam batang pohon Sagu.

Pada saat proses pengambilan empulur dilakukan, berbarengan dengan dibuatkannya tempat peremasan, untuk menaruh empulur.

Serat itu dimasukkan ke dalam tempat peremasan dan diaduk dengan air sampai pati sagu dan empulur terpisah.

Baca Juga: Inilah Rumah Adat Suku Korowai, Baru Ditemukan 30 Tahun yang Lalu dan Diami Rumah Pohon di Bumi Papua, Ini Alasan Mereka Masih Tinggal di Rumah Pohon

Hasil endapat pati sagu di dalam wadah itu kemudian diambil menjadi tepung sagu.

Tepung sagu itu yang diolah menjadi makanan pokok penduduk lokal Kampung Abar.

Pekerjaan pengolahan tanaman Sagu ini, biasanya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.

"Kaum laki-laki ditugaskan dalam pekerjaan penebangan, dan pengambilan empulur," imbuhnya.

Baca Juga: 1.000 Pemimpin Suku Papua Setujui Referendum 1969 yang Dianggap sebagai Kebohongan, Ada Peran Letjen Ali Moertopo?

Sedangkan kaum perempuan atau mama Papua, lebih kepada mengerjakan peremasan untuk mendapatkan pati Sagu.

Untuk durasi waktu pekerjaan pemanenan Sagu di Kampung Abar, biasanya dikerjakan paling kurang satu minggu, untuk menyelesaikan seluruh rangkaian proses pengolahan tersebut.

Artikel Terkait