Intisari-Online.com -Saat ini, Korea Utara tengah mengalamikesulitan pangan.
Meski demikian, Korea Utara tetap menolak bantuan kemanusiaan yang disalurkan Amerika Serikat (AS).
Mereka bahkan menyebutnya sebagai skema politik jahat.
Tudingan tersebut diungkapkan seorang peneliti bernama Kang Hyon Chol.
Kemudian, penolakan itu dirilis Kementerian Luar Negeri Korea Utara melalui situs resminya.
Dalam rilis tersebut, Kang disebut sebagai peneliti senior Asosiasi untuk Promosi Pertukaran Ekonomi dan Teknologi Internasional yang berafiliasi dengan Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
Sebagaimana dilansir Reuters, Kang menuliskan serangkaian contoh dari sejumlah negara di dunia yang mendapat bantuan dari “Negeri Paman Sam”.
Menurut Kang, contoh-contoh itu menyoroti praktik AS yang berkaitan antara bantuan dengan tujuan kebijakan luar negeri Washington atau penekanan pada masalah hak asasi manusia.
Kang menulis, "Ini jelas mengungkapkan bahwa niat tersembunyi AS untuk menghubungkan 'bantuan kemanusiaan' dengan 'masalah hak asasi manusia' adalah untuk melegitimasi tekanan mereka pada negara-negara berdaulat dan mencapai skema politik jahat mereka."
Salah satu contoh yang dia sebutkan adalah menurunnya bantuan AS kepada pemerintah di Afghanistan.
Seperti diketahui, AS akan menarik seluruh pasukannya secara penuh dalam beberapa pekan mendatang di Afghanistan.
Kang mengimbuhkan, "Dalam praktik sebenarnya, banyak negara telah mengalami rasa pahit sebagai akibat dari menggantungkan banyak harapan pada 'bantuan' dan 'bantuan kemanusiaan' AS."
Para pejabat AS menyatakan bahwa mereka mendukung penyaluran bantuan kemanusiaan ke Korea Utara.
Namun, upaya tersebut tidak ada yang terealisasi.
Korea Selatan juga telah berjanji akan menyediakan vaksin virus corona ke negara tetangganya itu jika diminta.
Beberapa analis berpendapat bahwa bantuan asing semacam itu dapat membuka peluang untuk melanjutkan pembicaraan diplomatik dengan Korea Utara.
Akan tetapi, Korea Utara tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikannya terhadap bantuan dari Korea Selatan atau AS.