Penduduk setempat mengklaim ritual kuno ini telah dipraktekkan selama lebih dari tiga abad.
Anak tertua dari sebuah keluarga harus melalui ritus peralihan sebelum adik-adiknya mengikutinya.
Sang ayah, atau pamannya bila ayahnya tidak ada, memutuskan kapan anak laki-laki tertua siap untuk lompat banteng.
Tergantung pada keputusan ayah mereka, beberapa anak laki-laki melakukan lompat banteng termuda limat tahun dengan bantuan anggota masyarakat.
Untuk menunjukkan bahwa dia telah memilih putranya untuk menjalani ritus peralihan ini, maka sang ayah memberi anak itu tongkat pendek yang disebut orang Hamer sebagai boko.
Dengan boko yang diberikan oleh sang ayah, anak laki-laki itu harus pergi ke semua rumah kerabatnya untuk memberi tahu mereka berita tersebut dan mengundang mereka ke ritual tersebut, perjalanan yang dilakukan itu bisa memakan waktu beberapa hari.
Keluarga dari anak laki-laki itu memutuskan kapan hari besar itu seharusnya, dan keputusan itu didasarkan pada jumlah waktu yang mereka perlukan untuk menyiapkan pesta.
Karena orang-orang Hamer tidak menggunakan kalender, maka anak laki-laki itu memberi setiap kerabat seutas tali yang ditandai dengan hati-hati untuk menunjukkan jumlah hari menjelang ritual.
Setiap hari, para kerabat memotong seutas tali untuk melacak berapa hari tersisa sebelum ritual.
Ketika hari besar yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, minuman beralkohol lokal disajikan kepada mereka yang datang untuk merayakannya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR