Intisari-Online.com - Perang Bubat merupakan salah satu peristiwa yang tercatat dalam sejarah kerajaan Majapahit.
Itu adalah sebuah pertempuran antara keluarga Kerajaan Sunda dengan tentara Kerajaan Majapahit.
Pertempuran yang tidak seimbang ini memakan banyak korban, terutama dari pihak Kerajaan Sunda.
Bahkan, sang putri Sunda, Dyah Pitaloka Citraresmi pun akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri demi membela kehormatan dan harha diri negaranya.
Dyah Pitaloka Citraresmi bunuh diri dengan menancapkan tusuk konde ke jantungnya. Kematiannya pun akhirnya diratapi Raja Majapahit, Hayam Wuruk, sosok yang seharusnya menikah dengannya.
Perang Bubat sendiri bermula dari rencana perkawinan politik antara Raja Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda, Prabu Linggabuana.
Peristiwa Perang Bubat disebutkan dalam Cerita Parahyangan, Serat Pararaton, Kidung Sunda, dan Kidung Sundayana.
Untuk menyampaikan tujuannya hendak mempersunting Dyah Pitaloka Citraresmi, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Linggabuana dan menyatakan pernikahan akan dilangsungkan di Majapahit.
Meski Linggabuana sebenarnya keberatan dengan lokasi pernikahan itu, tetapi ia tetap berangkat bersama rombongan ke Majapahit.
Siapa sangka, kepergian rombongan Prabu Linggabuana ke Majapahit akan berakhir dengan peristiwa tragis alih-alih pesta pernikahan yang megah.
Ketika sampai di Majapahit, rombongan Linggabuana diterima dan ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.
Rupanya, Gajah Mada yang berambisi menguasai Kerajaan Pajajaran (Sunda) demi memenuhi Sumpah Palapa, menganggap kedatangan rombongan Sunda sebagai bentuk penyerahan diri.
Gajah Mada pun mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai upeti.
Hal itul memicu perselisihan antara pihak Sunda dengan Gajah Mada.
Situasi semakin parah dengan Gajah Mada mengerahkan pasukannya ke Pesanggrahan Bubat dan memaksa Linggabuana mengakui superioritas Majapahit, sebelum Hayam Wuruk memberikan keputusannya.
Pihak Sunda pun tidak terima dan merasa dihina, kemudian memutuskan untuk melawan meski jumlah tentara yang dibawa hanya sedikit.
Baca Juga: Tahun Shio Macan Air, Inilah Ramalan Tahun 2022 sebagai Tahun Ketiga Pandemi Covid-19, Ada Harapan?
Pecahlah peperangan antara keluarga Kerajaan Sunda dengan tentara Kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai Perang Bubat Ini.
Mengalami kekalahan telak dari Majapahit, dikisahkan pada buku "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada" tulisan Sri Wintala Achmad, rupanya dari sekian pasukan Sunda ada satu orang perwira yang selamat.
Satu perwira itu bernama Pitar. Bukan karena kesaktiannya, perwira ini berhasil selamat dengan melakukan sebuah trik.
Ia berpura-pura tewas di antara mayat - mayat serdadu Sunda, kemudian meloloskan diri setelah pasukan Majapahit meninggalkan Bubat.
Baca Juga: Alasan Mengapa Aswawarman Disebut sebagai Wangsakarta dari Kerajaan Kutai
Pitar inilah yang disebut memberitahukan kepada ratu dan putri Sunda Dyah Pitaloka Citraresmi perihal tewasnya seluruh rombongan Sunda, termasuk raja dan para pejabatnya.
Setelah mendengar kabar itu, para perempuan yang menyertai suaminya dalam rombongan kerajaan Sunda pun bersedih.
Mereka yang mengiringi rombongan pengantin para pejabat Kerajaan Sunda akhirnya melakukan bunuh diri massal di atas jenazah-jenazah suami mereka.
Para perempuan Sunda yang melakukan bunuh diri itu termasuk Dyah Pitaloka Citraresmi, calon istri Hayam Wuruk.
(*)