Intisari-online.com - Jika berbicara soal Majapahit tentu sosok yang paling dikenal adalah Raden Wijaya, Gajah Mada hingga Hayam Wuruk.
Sementara Raden Wijaya dikenal sebagai pendiri Majapahit, Hayam Wuruk adalah raja yang membawa Majapahit pada puncak kejayaan.
Meski demikian, tahukah Anda siapa leluluh kerajaan Majapahit?
Ternyata semua berasal dari kerajaan Singasari, di mana Raden Wijaya memang seorang keturunan dari kerajaan tersebut.
Sementara sosok leluhur yang disebut sebagai cikal bakal raja-raja Majapahit ternyata adalah Wisnuwardhana.
Raja Tumapel atau kerajaan Singasari yang tersirat dalam kitab Negarakertagama dan Pararaton.
Wisnuwardhana memang tak begitu dikenal, namun dia menjadi sumber sejarah Majapahit dan Singarasi.
Wisnuwardhana adalah ayah dari Kertajaya, raja terakhir Singasari, sekaligus kakek Raden Wijaya, kerajaan Majapahit.
Dia adalah penguasa yang menurunkan raja-raja Majapahit.
Dalam Praasasti Malurung, 1255 M, ayah Kertanegara bernama Seminingrat.
Namun, dalam Prasasti Maribong 1248 M, Seminingrat diduga adalah nama asli Wisnuwardhana.
Ia naik takhta dengan gelar Sri Jayawisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat Sri Sakala Kalana Kulama Dhumardana Kamaleksana, yang berkuasa 1248-1268 M.
Tidak dijelaskan dalam kitab Nagarakertagama, namun dalam Paraaraton dikatakan bahwa Wisnuwardhana adalah Ranggawuni.
Dalam kitab Pararaton, Wisnuwardhana adalah putra anusapati, yang merupakan putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes.
Saat Anusapati naik takhta 1249, ia dibunuh Tohjaya dan menjadi raja Tumapel.
Tahun 1250, pembantu Tohjaya bernama Pranajayamenghasut raja untuk menyingkirkan Ranggawuni dan Mahisa Cempaka.
Tohjaya kemudian mengutus Lembu Ampal, untuk mengeksekusi keduanya, namun gagal, karena keduanya dilinduni pejabat istana Panji Patipati.
Lembu Ampal kemudian bergabung ke kubu Ranggawuni dan Mahisa Cempaka.
Dia mengalahkan perwira Tumapel hingga memberontak pada Tohjaya.
Pemberontakan itu berakhir, dengan takhta Singasari, dipegang oleh Ranggawuni dengan gelar Wisnuwardhana.
Mahisa Cempaka, dan putranya Wong Teleng sekaligus cucu Ken Arok menjadi ratu Anggabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Kemudian, pemerintahan Wisnuwardhana dan Narasingharimurti bagaikan Wisnu dan Indra.
Hingga akhirnya, dia mengangkat Kertajaya sebagai raja Singasari berikutnya.
Menurut Nagarakertagama dan Pararaton, Wisnuwardhana menumpas pemberontakan Linggarpati di Mahibit.
Kemudian dia meninggal awal tahun 1270-an, dan dicandikan di Weleri sebagai Siwa, dan di Jajagu sebagai Budha.