Padahal Kerap Disandingkan dengan Negarakertagama dan Sutasoma Sebagai Sumber Sejarah Majapahit, 'Kitab Anonim Legendaris' Ini Malah Dikritik Habis Gegara Unsur Ini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

(Ilustrasi) Kitab Pararaton ditulis antara 1481-1600 M.
(Ilustrasi) Kitab Pararaton ditulis antara 1481-1600 M.

Intisari-Online.com - Pada masa Kerajaan Kediri dan Majapahit, karya sastra mengalami perkembangan sangat pesat.

Bahkan masa pemerintahan Kerajaan Kediri disebut sebagai zaman keemasan Jawa kuno.

Sebab, dari masa ini dihasilkan karya-karya sastra, terutama dalam bentuk kakawin, yang sangat penting dan bermutu tinggi.

Pada masa Majapahit, kakawin yang terkenal adalah Negarakertagama karya Mpu Prapanca serta Arjunawijaya dan Sutasoma karya Mpu Tantular.

Baca Juga: Sohor Sebagai Salah Satu Firaun Termasyhur Seantero Mesir Kuno, Siapa Sangka Cleopatra Justru Menilai Piramida Sebagai Bangunan Kuno, Garis Waktu Ini Pemicunya!

Selain itu, terdapat Kitab Pararaton yang disebut sebagai kitab anonim legendaris, karena sampai saat ini tidak diketahui pengarangnya.

Sering dibandingkan Negarakertagama dan Sutasoma, kitab Pararaton adalah salah satu karya sastra peninggalan Kerajaan Majapahit yang ditulis dalam bahasa Jawa Kawi.

Isinya memuat tentang sejarah raja-raja Kerajaan Singasari dan Majapahit.

Kitab ini juga dikenal dengan nama Pustaka Raja atau Kitab Raja-Raja.

Baca Juga: Disebut Kerajaan Besar yang Pernah Berdiri di Indonesia, Jejak Kebesaran Majapahit Justru Tak Terungkap Hingga Kini, 4 Hal dari Majapahit Ini Justru Masih Misterius, Apa Itu?

Mengingat tarikh tertua yang terdapat pada naskahnya adalah 1522 Saka (1600 M), diduga Pararaton ditulis antara 1481-1600 M.

Meski dijadikan sumber sejarah utama Kerajaan Singasari dan Majapahit, beberapa sejarawan meragukan keabsahannya karena sebagian besar isinya adalah cerita mitos.

Isi Kitab Pararaton

Melansir Kompas.com, naskah Pararaton cukup pendek, yakni terdiri dari 1.126 baris yang tertuang dalam 32 halaman seukuran folio.

Kitab Pararaton isinya dapat dibagi ke dalam dua bagian, di mana pada bagian pertama menceritakan tentang riwayat Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari, dan para raja penerusnya.

Baca Juga: Tak Hanya Pada Zaman Modern Saja, Terkuak, Sejak Zaman Majapahit Ternyata Nusantara Sudah Punya Utang Pada China, Terkuak Inilah Jumlah Utang Majapahit Ke China

Kitab Pararaton dibuka dengan cerita mengenai perjalanan hidup Ken Arok dari awal hingga menjadi raja pada 1222 M.

Diceritakan bahwa Ken Arok mempersiapkan inkarnasi dirinya sehingga bisa menjadi seorang raja.

Caranya adalah dengan menjadikan dirinya kurban persembahan bagi Yamadipati, dewa penjaga pintu neraka dalam agama Hindu dan Buddha.

Sebagai balasannya, ia terlahir kembali sebagai Raja Singasari dan di saat kematiannya akan masuk ke dalam surga Wisnu.

Baca Juga: Namanya Hampir Tidak PernahTerdengar, Inilah SosokPanglima Angkatan Laut Majapahit yangBikinMajapahit Jadi Penguasa Lautan, Jasanya Sebanding dengan Gajah Mada!

Disebutkan pula bahwa Ken Arok berkali-kali diselamatkan dari mara bahaya berkat campur tangan dewata.

Pada suatu kejadian ketika para dewa berkumpul di Gunung Kryar Lejar, Batara Guru menyatakan bahwa Ken Arok adalah putranya dan ditetapkan akan membawa kestabilan serta kekuasaan di Jawa.

Penggambaran yang bersifat mitologis ini panjangnya hampir setengah kitab, kemudian dilanjutkan dengan cerita pendek dalam urutan kronologis dan diberi penanggalan.

Mendekati bagian akhir, penjelasan pada setiap ceritanya cukup pendek dan dilanjutkan dengan kisah kehidupan di Kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Jadi Satu-satunya Kerajaan Kecil yang Gagal Ditaklukkan Majapahit, Sebenarnya Sekuat Apakah Kerajaan Sunda?

Kritik dari para ahli

Selain Kitab Negarakertagama, Pararaton menjadi sumber penting yang mampu mengungkap keadaan pada masa Kerajaan Singasari hingga Majapahit.

Kendati demikian, beberapa sejarawan menyangsikannya sebagai sumber sejarah.

Pakar asal Belanda, C.C. Berg, mengungkap bahwa secara keseluruhan isi Pararaton terlalu banyak menggabungkan unsur supranatural dan realitas, sehingga tidak dapat dianggap sebagai fakta-fakta sejarah.

Terlebih lagi, beberapa penanggalan dan urutan raja yang terdapat dalam Pararaton memang berbeda dari Kitab Negarakertagama, yang menurut para ahli lebih bisa dipercaya.

Baca Juga: Majapahit Punya Olahraga Populer Semasa Masih Berdiri, Tapi Mengapa Malah Mati di Indonesia dan Justru Berkembang Luas di Negara Tetangga Ini?

Sementara beberapa sejarawan lainnya masih menerima kesejarahan Pararaton pada tingkat tertentu, dengan memerhatikan kesamaan yang terdapat pada sumber sejarah lainnya.

Seperti sejarawan R. Pitono Hardjowardoyo misalnya, yang mengatakan bahwa isi Pararaton lebih beragam dari Kitab Negarakertagama.

Terlepas dari kritik para ahli, Kitab Pararaton tetap menjadi sumber penting yang dapat mengungkap sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit.

(*)

Artikel Terkait