Meskipun perlawanan berani, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan dihancurkan oleh tentara Majapahit dengan hampir semua pihak kerajaan Sunda dibantai dalam tragedi itu.
Hal ini membuat Dyah Pitaloka sakit hati mengambil nyawanya sendiri untuk membela kehormatan dan kebanggaan negaranya.
Menurut tradisi, kematian Dyah Pitaloka ditangisi oleh Hayam Wuruk dan seluruh penduduk kerajaan Sunda yang telah kehilangan sebagian besar anggota keluarga kerajaannya.
Perbuatan dan keberanian ayahnya dipuja sebagai tindakan mulia kehormatan, keberanian dan martabat dalam tradisi Sunda.
Ayahnya, Prabu Maharaja Lingga Buana dipuja oleh orang Sunda sebagai Prabu Wangi karena tindakan heroiknya untuk mempertahankan kehormatannya melawan Majapahit.
Keturunannya, yang kemudian menjadi raja Sunda, disebut Siliwangi.
Tragedi ini sangat merusak hubungan antara kedua kerajaan dan mengakibatkan permusuhan selama bertahun-tahun dan situasi tidak pernah kembali normal.
Gajah Mada menghadapi tentangan, ketidakpercayaan, dan ejekan di istana Majapahit karena tindakan cerobohnya yang tidak sesuai sikap bangsawan Majapahit, hal ini melemahkan pengaruh raja Hayam Wuruk.
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR