Intisari-Online.com - Sejak awal abad ke-20 ada tiga partai revolusioner utama di Rusia.
Partai Revolusioner Sosialis, yang basis dukungan utamanya adalah kaum tani, sangat dipengaruhi oleh anarkisme dan melakukan teror politik.
Pada dekade pertama abad ini, anggota partai ini membunuh ribuan pejabat pemerintah, berharap dengan cara ini untuk menjatuhkan pemerintah.
Sosial Demokrat (Partai Pekerja Sosial Demokrat Rusia) percaya bahwa teror seperti itu sia-sia; mereka mengikuti doktrin klasik Karl Marx dan Friedrich Engels, yang menurutnya perkembangan kapitalisme tak terhindarkan menciptakan proletariat radikal yang pada waktunya akan melakukan revolusi dan memperkenalkan sosialisme.
Partai tersebut pecah pada tahun 1903 menjadi dua faksi, yang segera berkembang menjadi partai-partai terpisah: Menshevik dan Bolshevik.
Menshevik, setia pada ajaran Sosial Demokrat tradisional, berkonsentrasi pada pengembangan hubungan dengan buruh dan ditolak sebagai revolusi politik prematur di agraria, sebagian besar Rusia pra-kapitalis.
Bolshevik, yang dalam beberapa hal lebih dekat dengan kaum Sosialis Revolusioner, percaya bahwa Rusia siap untuk sosialisme.
Pemimpin mereka, Vladimir Ilich Lenin, adalah seorang revolusioner fanatik, yang berhasil mengorganisir sebuah partai yang relatif kecil tapi benar-benar setia dan sangat disiplin bertekad merebut kekuasaan.
Revolusi Bolshevik
Revolusi Bolshevik di Rusia terjadi pada 24 dan 25 Oktober 1917 dalam kalender Julian, sehingga membuat peristiwa ini sering disebut sebagai Revolusi Oktober.
Dalam Revolusi Bolshevik, kaum revolusioner kiri Rusia (Uni Soviet ketika itu) dipimpin oleh pemimpin Partai Bolshevik Vladimir Lenin.
Dia melancarkan kudeta yang hampir tak berdarah, melawan pemerintahan sementara Duma (majelis perwakilan bentukan Nicholas II).
Pemerintahan sementara dibentuk oleh sekelompok pemimpin dari kelas kapitalis borjuis Rusia.
Tapi Lenin malah menyerukan pemerintah Soviet yang akan diperintah langsung oleh dewan tentara, petani dan pekerja.
Bolshevik dan sekutu mereka kemudian menduduki gedung-gedung pemerintah dan lokasi strategis lainnya di Petrograd.
Pemerintahan baru dengan Lenin sebagai pemimpinnya terbentuk dan menjadikannya diktator negara sosialis pertama di dunia.
Namun menurut menurut Historians Revolusi Bolshevik bukan sekadar sebuah revolusi pekerja industri melawan sekelompok kecil kapitalis yang kuat.
Perubahan sistem pemerintahan di Rusia disebut di luar dugaan.
Pasalnya, penulis sosialis Jerman, Karl Marx dalam karyanya yang paling terkenal “Capital and The Communist Manifesto”, meyakini revolusi komunis akan terjadi di negara industri maju, seperti Jerman atau mungkin Inggris.
Namun menurut Historians, sebenarnya tidak ada yang lebih cocok dengan formula revolusioner Karl Marx daripada yang dilakukan Uni Soviet pada 1917.
Pada waktu itu, Rusia adalah negara agraris yang terbelakang.
Sebagian besar industrinya masih dalam masa pertumbuhan, dan sebagian besar dibiayai oleh modal asing, bukan modal asli.
Pada 1917 sebagian besar penduduk adalah petani, dan pekerja industri.
Meskipun jumlahnya bertambah, kelompok ini masih merupakan minoritas yang sangat kecil di negara itu.
Adapun kudeta sebenarnya, yang membawa Lenin ke tampuk kekuasaan, dilakukan oleh sekelompok revolusioner profesional, dengan dukungan dari garnisun Petrograd yang memberontak.
Penting untuk dicatat bahwa kudeta ini menggulingkan pemerintahan Kerensky, yang berusaha membangun rezim demokratis setelah menggulingkan kekaisaran Rusia pada Maret 1917.
(*)