Setelah Vladimir Lenin dan kaum Bolshevik-nya yang radikal naik ke tampuk kekuasaan bulan November, Ukraina - seperti sesama bekas properti Rusia, Finlandia — mengambil satu langkah lebih jauh, yaitu mendeklarasikan kemerdekaan penuhnya pada Januari 1918.
Namun, Pemerintahan Rada Ukraina yang dibentuk setelah pemisahan diri, mengalami kesulitan serius dalam memaksakan kekuasaannya kepada rakyat dalam menghadapi oposisi Bolshevik dan aktivitas kontra-revolusioner di dalam negeri.
Melihat Ukraina sebagai sumber makanan yang ideal dan sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang dilanda kelaparan, Jerman dan Austria membawa pasukan untuk menjaga ketertiban.
Jerman dan Austria juga memaksa pasukan Rusia yang menduduki negara itu untuk pergi berdasarkan ketentuan perjanjian di Brest-Litovsk yang ditandatangani pada Maret 1918, dan secara virtual mencaplok wilayah tersebut, sementara konon mengakui kemerdekaan Ukraina.
Wilhelm Groener komandan tentara Jerman di Kiev berkata, "Struktur pemerintahan (Ukraina) benar-benar kacau, benar-benar tidak kompeten dan sama sekali tidak siap untuk hasil yang cepat."
"Akan menjadi kepentingan kami untuk memperlakukan Pemerintah Ukraina sebagai kedok dan kami melakukan sisanya sendiri."
Kekalahan Blok Sentral dan penandatanganan gencatan senjata pada November 1918 kemudian memaksa Jerman dan Austria menarik diri dari Ukraina.
Pada saat yang sama, dengan jatuhnya kekaisaran Austro-Hongaria, republik Ukraina Barat yang merdeka diproklamasikan di kota Lviv di Galicia.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR