Mantap Tinggalkan Blok Migas Terbesar Kedua di Indonesia Setelah Blok Papua, Rupanya Gurita Migas Amerika Serikat Ini Tergiur Pendapatan Fantastis dari Bisnis Migas Negara Tetangga Ini

May N

Editor

Intisari - Online.com -Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) berbasis di Houston, Amerika Serikat (AS), ConocoPhillipsmelepas kewajiban terkait pengelolaan aset di Indonesia.

Anak perusahaan ConocoPhillips, ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd (CIHL) melepas seluruh sahamnya kepada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

CIHL memegang 100% saham di ConocoPhillips (Grissik) Ltd (CPGL) dan 35% saham di Transasia Pipeline Company Pvt Ltd.

CPGL sendiri merupakan operator dari blok gas Corridor (Corridor PSC) Sumatera Selatan, dan kepemilikannya berupa hak partisipasi sebesar 54% di Blok Corridor.

Baca Juga: Investasi Migas Indonesia Lesu Setelah Raksasa Migas Dunia Ini Tinggalkan Ladang Gas Besar di Indonesia, Pakar Menyebut Kondisi Ini Sebagai Langkah Positif Bagi Industri Migas, Begini Analisisnya

Ini artinya ConocoPhillips sudah lepas dari tugas menjadi operator atau mengelola blok migas di Indonesia baik untuk eksplorasi maupun produksi.

Laporan tahunan ConocoPhillips tahun 2020 melaporkan jika mereka hanya mengoperasikan dua blok migas, atau hanya memiliki dua kontrak blok igas (PSC) yaitu Blok Corridor di Sumatera Selatan dan Blok Kualakurun di Kalimantan Tengah.

Sampai saat ini blok migas yang sudah beroperasi adalah Blok Corridor.

Blok Kualakurun adalah blok eksplorasi, dan ini statusnya akan dikembalikan ke pemerintah.

Baca Juga: Simpan Cadangan Migas Terbesar di Indonesia, China Klaim Natuna Utara Miliknya dan Tuntut RI Stop Lakukan Ini hingga Picu Ketegangan

Kontrak pengelolaan Blok Kualakurun diberikan kepada ConocoPhillips pada 2015 untuk periode eksplorasi selama 6 tahun.

Komitmen kerja pasti sudah diselesaikan pada 2017 oleh ConocoPhillips, termasuk pemetaan satelit dan seismik 2D 740 km.

Sayang, setelah melakukan evaluasi, ConocoPhillips dan kontraktor lain di blok ini memilih mengembalikan Blok Kualakurun ke pemerintah.

Blok Corridor yang ada di Sumatera Selatan merupakan salah satu blok gas produktif di Indonesia.

Baca Juga: Terbesar Sepanjang 130 Tahun Sejarah Permigasan Indonesia, China Diduga Incar Sumber Migas Ini Setelah Kerahkan Kapal Survei 'Haiyang Dizhi Shihao 10'

Data SKK Migas sampai 30 September 2021 menunjukkan produksi gas dari Blok Corridor yang dioperasikan oleh ConocoPhillips (Grissik) Ltd merupakan penghasil gas terbesar kedua nasional setelah Blok Berau yang dioperasikan BP Berau Ltd di Papua.

Data SKK Migas menunjukkan realisasi produksi gas dari Blok Corridor sampai kuartal III 2021 tercatat mencapai 995 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan realisasi penyaluran gas (lifting) mencapai 831 MMSCFD, lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam APBN 2021 sebesar 780 MMSCFD.

ConocoPhillips juga melepas kepemilikan saham di jaringan pipa gas menyalurkan gas ke Sumatera Tengah, Batam, sampai Singapura melalui TransAsia.

TransAsia yang merupakan penyaluran gas dari Indonesia sampai ke Singapura dijalankan oleh PT Transportasi Gas Indonesia.

Baca Juga: Pantas Sampai Bisa Rebut Ladang Minyak dari Genggaman Australia, Ternyata Timor Leste Sewa Konsultan Hukum Elite, Tarifnya Rp19 Juta per Satu Jam Konsultasi

Sebanyak 40% saham kepemilikan di PT Transportasi Gas Indonesia dimiliki oleh konsorsium kepemilikan gas, dan ConocoPhillips memiliki saham 35% di dalamnya.

PT Transportasi Gas Indonesia memiliki dan mengoperasikan pipa gas dari Grissik ke Duri dan dari Grissik ke Singapura.

Tergiur LNG Australia

ConocoPhillips melepaskan Blok Corridor dan penyaluran gas ke Singapura setelah profit fantastis dari bisnis gas alam cair (LNG) Australia tercetak di hadapan mereka.

Baca Juga: Gara-gara Timor Leste, Indonesia dan Australia Bisa Sama-sama Angkat Senjata Karena Bentrok Urusan Maritim Ini

Mengutip Bloomberg, langkah ini merupakan bagian dari reshuffle aset-aset Asia mereka.

Setelah menjual saham aset migas Indonesia dan 35% saham di PT Transportasi Gas Indonesia untuk USD 1,36 miliar, ConocoPhillips membeli 10% saham di Australia Pacific LNG sebesar USD 1,6 miliar.

Saham mereka di Australia Pacific LNG menjadi sebesar 47,5% menurut pernyataan Selasa lalu.

Pertukaran ini datang setelah gurita migas AS tersebut mendapatkan keuntungan tertinggi dalam 10 tahun terakhir yang didapat hanya dalam periode satu kuartal pertama.

Baca Juga: Hilang Kontak di Perairan Bali, Tak Disangka KRI Nanggala-402 Mengemban Banyak Misi Rahasia hingga Jadi Ujung Tombak Sengketa Blok Ambalat yang Kaya Migas

Aset LNG Australia yang menjual kargo ke Asia, menyediakan akses ke pasar yang terus berkembang dengan cepat dan penurunan lapangan rendahnya melengkapi produksi serpih yang mengalami penurunan aliran minyak yang cepat setelah tahun pertama.

Produksi ConocoPhillips dari proyek LNG Australia diperkirakan mencapai 115 juta barel setara minyak, dengan distribusi 2021 setahun penuh diperkirakan mencapai USD 750 juta, menurut pernyataan resmi perusahaan tersebut.

Proyek itu menyuplai LNG ke pembeli jangka panjang baik dari China dan Jepang dan menjadi penyuplai terbesar gas alam ke pasar Timur Australia.

Sementara itu, CEO Medco Energi, Roberto Lorato, menyebut, "Transaksi ini melanjutkan rekam jejak MedcoEnergi dalam memberikan nilai tambah melalui akuisisi dan sesuai dengan strategi Perubahan Iklim kami. Akuisisi ini akan semakin memperkuat posisi MedcoEnergi di Asia Tenggara dan akan menghasilkan sinergi yang kuat dengan wilayah kerja kami di Sumatra. Kami siap menyambut seluruh pekerja berkualitas dari Corridor PSC untuk bergabung ke dalam grup MedcoEnergi."

Baca Juga: Selama Ini Dikabarkan China Ingin Menguasainya Karena Cadangan Minyaknya, Sebenarnya Segini Cadangan Migas yang Melimpah di Laut China Selatan dan Siapa yang Sebenarnya Bisa Menggunakannya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait