Simpan Cadangan Migas Terbesar di Indonesia, China Klaim Natuna Utara Miliknya dan Tuntut RI Stop Lakukan Ini hingga Picu Ketegangan

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi) Xi Jinping dan PLA.

Intisari-Online.com -Pemerintah China menuntut Indonesia Untuk menghentikan kegiatan pengeboran minyak dan gas alam di wilayah perairan Kepulauan Natuna.

Wilayah maritim tersebut memang diklaim kedua negara.

Dilansir dari Kontan, Kamis (2/11/2021), permintaan yang belum pernah terjadi dan belum pernah dilaporkan sebelumnya itu, meningkatkan ketegangan antara China dan Indonesia di wilayah strategis tatkala ekonomi global juga sedang bergejolak.

Sebuah surat dari Diplomat China kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia dengan jelas mengatakan kepada Indonesia untuk menghentikan pengeboran di rig lepas pantai sementara karena lokasinya berada di wilayah yang dianggap milik China.

Baca Juga: Menolak Menyerah, Walaupun Selama Ini Dicacat Mati-matian Karena Tampak Tidak Peduli dengan Natuna, Pemerintah Lanjut Memperkuat Pertahanan di Laut Natuna, Begini Cara Yakinkan Para Nelayan

Indonesia mengatakan ujung selatan Laut Cina Selatan adalah zona ekonomi eksklusifnya di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Indonesia menamai wilayah tersebut dengan Laut Natuna Utara pada 2017.

China keberatan dengan perubahan nama dan bersikeras bahwa jalur air itu berada dalam klaim teritorialnya yang luas di Laut China Selatan yang ditandai dengan sembilan garis putus-putus berbentuk U alias dash nine line.

Masih di wilayah Natuna Utara, melansirKompas.Id, sebelumnya, pada 2-27 September, kapal survei tersebut terpantau melintas zig-zag di Laut Natuna Utara (LNU).

Kawasan tersebut diketahui mengandung cadangan minyak dan gas paling besar di Indonesia yakni berada di antara Blok Migas Tuna dan Blok Migas Sokang.

Baca Juga: Disumpah di Istana Negara Jadi Panglima TNI, Media Asing Sudah Sorot Sosok Andika Perkasa yang Kabarnya Bakal Mencalonkan di Pilpres 2024, Begini Isinya

Tepatnya, lintasan zig-zag kapal terlihat berada di sekitar lapangan gas D-Alpha dan lapangan gas Dara yang disebut menyimpan 20 persen cadangan migas Indonesia.

Sejak lapangan gas D-Alpha ditemukan pada 1973 dan lapangan gas Dara ditemukan pada 2000, hingga saat ini keduanya belum berhasil dieksploitasi.

Harian Kompaspada 23 Juli 2016 dalam opini "Kegiatan Hulu Migas di Laut Natuna", mantan Deputi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Haposan Napitupulu menyebutkan, klaim sembilan garis putus-putus China memang mencakup lapangan gas D-Alpha dan lapangan gas Dara.

Baca Juga: Cegah Warga Kelaparan Ketika Industri Batubara Makin Ditolak Dunia, Terkuak Indonesia Siapkan Megaproyek Ambisius Ini untuk Mencapai Karbon Netral Walaupun Banyak Tantangan Menanti

Klaim China mencaplok lebih kurang 83.000 kilometer (km) persegi atau 30 persen luas perairan Indonesia di Natuna.

Menurutnya, cadangan migas di lapangan gas D-Alpha dan Dara itu merupakan yang terbesar sepanjang 130 tahun sejarah permigasan Indonesia.

Di sana terdapat cadangan gas 222 triliun kaki kubik dan 310 juta barel minyak dengan luas 25 x 15 km persegi dan tebal batuan reservoir lebih dari 1.500 meter.

Baca Juga: Punya Segelintir Masalah Hingga Jadi Rebutan China, Negeri Jiran Sesumbar Beberkan Natuna Sebenarnya Adalah Milik Malaysia Bukan Indonesia, Sambil Sodorkan Bukti Ini

China protes RI eksplorasi migas di Natuna

Sementara itu dilansir dari media terkemuka Malaysia, The Star, China menuntut Indonesia menghentikan kegiatan pengeboran minyak dalam nota diplomatik dengan alasan bahwa itu terjadi di wilayah yang diklaim Beijing sebagai bagian dari perairan tradisional milik mereka.

Nota protes China dikirim beberapa bulan lalu saat kapal penelitiannya melintasi bagian Laut China Selatan yang menurut Indonesia adalah bagian dari zona ekonomi eksklusifnya di lepas pantai Kepulauan Natuna.

Kapal Indonesia dan China beberapa kali mengalami gesekan di perairan di bagian selatan Laut China Selatan.

Baca Juga:Peta Laut China Selatan Diungkapkan oleh China sebagai Wilayah yang Bakal Dikuasainya Secara Sepihak, Ternyata Ada Wilayah Indonesia Ini di Dalamnya

(*)

Artikel Terkait