Intisari-Online.com - Kerajaan Majapahitdikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di Indonesia.
Salah satu alasan mengapa Kerajaan Majapahit begitu kuat adalah karena senjata.
Ya, rupanya senjata asal Kerajaan Majapahit bukan hanya tombak, keris, atau bambu.
Ada juga senjata-senjata militer.
Semua itu bermula padatahun 1293.
Dilansir dari warstek.com pada Kamis (2/12/2021), saat itu Kaisar Dinasti Yuan Kubilai Khan mengirimkan pasukan untuk menyerang Kerajaan Kediri yang saat itu dikuasai oleh Jayakatwang.
Namun momentum itu dimanfaatkanRaden Wijaya untuk bekerjasama dengan pasukan China-Mongol. Lalu menghancurkan Kerajaan Kediri.
Ketika serangan,pasukan China-Mongolmenggunakan meriam yang disebut pao.
Dari situlah, orang Jawa mulai mengenal meriam dan mengembangkan meriamnya sendiri di kemudian hari.
Setelah Kediri hancur,Raden Wijaya membentuk Kerajaan Majapahit.
Pada abad ke-14, Hayam Wuruk, raja terbesar Majapahit, memulai memproduksi meriam khas yang berbeda dengan model meriam Eropa.
Meriam ini disebut cetbang dan diproduksi di Bojonegoro dengan bahan utama mesiu. Semua itu disebutkan dalam Prasasti Sekar.
Selain meriam produk lokal, rupanya juga ditemukan meriam impor dari China yang ditulis pada tahun 1421.
Hanya saja belum dapat dipastikan dari kerajaan mana meriam tersebut didatangkan, yang pasti kerajaan tersebut masih berada di Jawa.
Kemungkinan besar kerajaan yang menerimanya Kerajaan Majapahit.
Hal itu mengingat hubunganMajapahit dengan Dinasti Ming – yang dihadirkan oleh Laksamana Cheng Ho – cukup baik.
Hubungan baik ditunjukkan dengan diangkatnya peranakan Tionghoa sebagai pejabat di beberapa posisi penting.
Termasuk penunjukan Swan Liong alias Arya Damar sebagai kepala pabrik mesiu di Semarang.
Memasuki abad ke-16, ketika orang-orang pertama dari Eropa datang ke Nusantara, hampir semua kerajaan di Nusantara sudah memiliki senjata berat yang ampuh.
Misalnya pada tahun 1528, Sultan Trenggono dari Demak menghadiahkan Fatahillah meriam besar bernama Ki Jimat.
Semua itu berkat keberhasilannya menaklukkan Banten dan Sunda Kelapa.
Meriam besar ini dalam pembuatannya melibatkan sekelompok insinyur dari Turki dan Aceh yang dipimpin oleh seorang mualaf Portugis bernama “Coje Geinal” (Khoja Zainal) dari Algarve.
Bisa dilihat, pada abad ke-17, kerajaan-kerajaan di Nusantara sudah mapan dengan persenjataan.
Selain meriam, ada juga kapal yang menjadi salah satu elemen pertahanan.