Advertorial
Intisari-Online.com - Kemunculan varian baru virus corona Omicron langsung membuat panik satu dunia.
Apalagi disebut-sebutvarian baru virus corona Omicron itu lebih berbahaya dibanding varian Delta.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan varian Omicron berasal dari Afrika Selatan dan mulai merebak pada November 2021 kemarin.
Akan tetapi beberapadokter Afrika Selatanmengungkapkanbahwa varian Omicron hanya dapat menyebabkan penyakit ringan.
Memang apa saja gejala awal yang dilaporkan pada varian Omicron dan mengapa mereka berbeda dari varian Delta?
Dr Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, pertama kali memperingatkan tentang jenis baru ini.
Dia mengatakan gejala Covid-19 yang terkait dengan Omicron sangat ringan.
Berbicara kepada BBC pada hari Minggu, 28 November, Dr Coetzee membahas bagaimana dia melihat seorang pasien yang menunjukkan gejala yang tidak biasa.
Gejala itu berbeda dari yang terkait dengan varian Delta, jenis yang paling dominan secara global saat ini.
Dia menjelaskan bahwa seorang pasien pria, sekitar usia 33 tahun, mengatakan kepada dokter bahwa dia "sangat lelah selama beberapa hari terakhir".
Dia menambahkan bahwa pasien tidak mengalami sakit tenggorokan tetapi menggambarkannya sebagai "tenggorokan gatal".
Dilansir dariexpress.co.uk pada Kamis (2/12/2021), gejala yang berkaitan dengan strain Omicron di antaranya:
1. Kelelahan ekstrim
2. Demam
3. Pegal-pegal
4. Sakit kepala
5. Keringat malam
6. Pilek
7. Tenggorokan gatal
Unben Pillay, seorang dokter umum yang berpraktik di Midrand, Johannesburg, mengatakan pada briefing yang diadakan oleh Departemen Kesehatan Afrika Selatan bahwa kesimpulan gejala-gejala itu hanya sementara.
“Kami melihat pasien datang dengan demam, keringat malam, dan mengalami nyeri,” katanya.
Pasien yang menunjukkan gejala Omicron juga tidak mengalami batuk terus-menerus atau kehilangan indra perasa atau penciuman.
Padahal itu adalah dua gejala paling umum yang terkait dengan Covid-19 sebelumnya.
Salah satu alasan mengapa gejala berbeda dibandingkan dengan varian Delta bisa jadi karena perubahan cara virus berinteraksi dengan sel kekebalan.
Banyak gejala umum penyakit, seperti demam atau pilek, terutama disebabkan oleh respons imun kita terhadap infeksi daripada kerusakan langsung oleh virus atau bakteri.
Perbedaan respons imun kita juga dapat menjelaskan mengapa dua individu tidak selalu mengalami gejala yang sama jika terinfeksi virus atau varian yang sama.
Pada akhirnya, WHO mengatakanperlu membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memahami bagaimana varian tersebut dapat memengaruhi diagnostik, cara perawatan, dan vaksin yan harus digunakan.