Penguasa-penguasa itu oleh sebab itu, didorong untuk menghubungkan kesuksesan duniawi mereka dengan anugrah Shiwa, bahwa rahmat diperoleh melalui latihan renungan yang dipersembahkan kepada Shiwa dan kemungkinan dianggap sebagai jaminan status superior dalam kehidupan setelah kematian.
Kultus Shaivaite ini menjadi tanda kehidupan spiritual yang istimewa dan sumber kebanggan dan otoritas kerajaan.
Konsepsi agama di Indonesia
Warga Indonesia atau Nusantara saat itu, yang sudah membangun candi bertingkat, sebagai simbol pegunungan suci untuk menghormati dan mengubur mereka yang sudah meninggal, tidak akan kebingungan oleh doktrin Brahmana jika Shiwa juga berdiam di pegunungan suci.
Megalitik yang telah diletakkan di teras-teras pegunungan untuk tujuan ritual dengan mudah diidentifikasi sebagai lingga batu alam Shiwa, lingga paling berharga dari semua lingga.
Warga Indonesia, yang sudah khawatir dengan ritual penguburan dan kematian akibat perang dan siapa yang dianggap mampu menjelaskan ritual pekerjaan logam sebagai transmutasi dan pembebasan jiwa secara spiritual, akan memperhatikan teknik pemujaan Hindu untuk mencapai keabadian di tempat tinggal Shiwa.
Pertapaan mediatif Hindu mungkin telah dilestarikan di Indonesia dengan dukun penyembuh.
Tambahan lagi, teori jika air adalah agen pemurni karena air telah dibersikan oleh energi kreatif Shiwa di puncak pegunungan akan dapat dipahami Indonesia yang memuja gunung, terutama jika mereka sudah mengkonsumsi air mengalir dari puncak pegunungan mereka sendiri dengan kualitas penyubur yang hebat.
KOMENTAR