Intisari-Online.com -Mengikuti kudeta kekuasaan di Afghanistan oleh Taliban, yang berambisi membangun kembali 'Kekaisaran Islam Afghanistan', muncul ketakutan terkait ideologi Islamis tertentu akan bangkit kembali.
Hal inilah yang menyebabkan warga Afghanistan dalam jumlah besar melarikan diri, atau bersembunyi menyelamatkan hidup mereka.
Taliban sudah dikenal karena aturan mereka yang menekan.
Mereka telah menguasai Afghanistan sejak 1996 sampai 2001.
Kemudian mereka digulingkan oleh pasukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Di bawah aturan Taliban, penganut agama minoritas dan umat Muslim lain yang tidak memiliki pemahaman Islam sesuai dengan mereka tidak ditoleransi.
Taliban juga dengan parah melarang hak wanita dan perempuan.
Banyak yang berpikir pemahaman syariat Islam Taliban juga sama dengan syariat Islam di Arab Saudi, tapi ternyata hal ini berbeda.
Penelitian oleh The Conversation yang meneliti konflik etno-agama di Asia Selatan, inilah pemaparan mengenai asal-usul pemahaman religius Taliban.
Akar dari ideologi mereka, yaitu Islam Deobandi, bisa dilacak ke masa kolonial India abad ke-19.
Kolonialisme dan Islam
Islam Deobandi muncul di India pada 1867, 10 tahun setelah bentrokan besar nasionalis India melawan kepemimpinan East India Company (EIC) Inggris.
Dua ustaz Islam, Maulana Muhammad Qasim Nanautawi dan Maulana Rashid Muhammad Gangohi, menjadi dalang berdirinya sekolah Deobandi.
Tujuan mereka adalah mendoktrin pemuda Muslim dengan pandangan murni, kaku dan keras.
Awalnya, Islam Deobandi adalah pergerakan anti-kolonial yang dirancang untuk mementingkan Islam kembali.
Sekolah Islam ini memiliki pemahaman iman yang sangat khusus.
Deobandi mengedepankan Islamisme ortodoks, bersikeras bahwa hukum Islam Sunni atau hukum syariat Islam, adalah jalan keselamatan.
Mereka bersikeras menerapkan praktik Islam seperti di abad ke-7, ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup.
Mereka memegang janji jihad global sebagai tugas suci melindungi umat Muslim di seluruh dunia, dan menolak terhadap ide non-Islam apapun.
Madrasah pertama, atau sekolah Islam, yang digunakan mengajarkan para pemuda Muslim di tradisi Deobandi didirikan di provinsi utara India, yang saat ini menjadi Uttar Pradesh, pada akhir abad ke-19.
Sistem sekolah Deobandi menyebar selama beberapa puluh tahun berikutnya dan menarik pemuda Muslim dari berbagai wilayah India yang berbeda.
Contohnya, tradisi Deobandi menjadi sekolah Islam paling populer di antara kelompok Pashtun, kelompok etnis tinggal di wilayah perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Pemimpin Pashtun memainkan peran penting mencapai dan memperluas kurikulum Deobandi dan tradisi Pashtun di sepanjang garis Durand, batas kolonial yang memisahkan India Inggris dengan Afghanistan.
Pembiayaan dan perkembangan
Setelah India Inggris dipisahkan tahun 1947 antara India dan Pakistan, banyak lulusan Deobandi bermigrasi ke Pakistan dan mendirikan madrasah dalam jumlah besar.
Dengan kemerdekaan India dan Pakistan, sekolah tersebut menempatkan perhatian penuh melatih murid-muridnya di dalam tradisi mendasar Islam.
Berpuluh-puluh tahun setelah kemerdekaan Pakistan, madrasah Deobandi menyebar di seluruh Pakistan, dan salah satu penyebab prinsip aktivisme politiknya menjadi penyebab perlakuan sewenang-wenang India terhadap umat Muslim di wilayah Jammu dan Kashmir.
Menurut salah satu data, tahun 1967 ada sebanyak 8000 sekolah Deobandi di seluruh dunia dan ribuan lulusan Deobandi terutama di India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan dan Malaysia.
Awalnya madrasah Deobandi miskin, kemudian bisa tumbuh pesat adalah karena serangan Soviet ke Afghanistan pada 1979.
Keterlibatan rahasia CIA di perang malah justru mendanai militerisasi Islam dan membantu mengatur dan membuat panggung gerakan pertahanan yang dilakukan oleh para pejuang religius.
Sejumlah pejuang Afghanistan ditarik dari madrasah Deobandi, terutama dari warga Pashtun yang memainkan peran penting dalam pertahanan.
Selama waktu itu, madrasah Deobandi juga mendapat bantuan keuangan besar.
Bantuan ini terutama datang dari bantuan dana AS yang digunakan untuk Pakistan, serta uang dari Arab Saudi.
Arab Saudi saat itu menggunakan pengaruh uang mereka untuk memasukkan paham syariat Islam mereka, Wahabi, ke dalam madrasah Deobandi.
Wahabi adalah syariat Islam yang berdasarkan tafsir dari Al-Quran.
Pada saat itu, madrasah Deobandi sudah sangat jauh dari akar agama mereka.
Baca Juga: Bertaruh Nyawa, 21 Orang Ini Hadapi 10.000 Musuh dalam Pertempuran Saragarhi