"Pertama, mengapa fenomena ini tidak terjadi lebih cepat karena kesalahan genetik varian Delta telah hadir sejak Januari tahun ini," imbuhnya.
"Kedua, kesalahan ini juga telah tercatat di banyak negara Asia lainnya seperti Korea dan Thailand, tetapi mengapa mutasi Delta self-destructing hanya muncul di Jepang?", tanya Tateda.
"Untuk saat ini, kami hanya dapat mengatakan bahwa penurunan tajam dalam jumlah infeksi virus di Jepang adalah hasil dari banyak tindakan karantina yang diterapkan secara ketat," tegas Tateda.
Menurut Tateda, tingkat vaksinasi Covid-19 Jepang adalah faktor terpenting yang menyebabkan jumlah infeksi terus menurun.
Jepang telah memvaksinasi lebih dari 196 juta dosis vaksin Covid-19, hampir 78% populasi orang dewasa telah menerima 2 dosis.
"Tentunya cakupan vaksin Covid-19 bukan satu-satunya faktor yang membuat jumlah kasus turun tajam seperti sekarang ini," kata Tateda.
"Korea Selatan juga memvaksinasi sekitar 79% populasi, tetapi situasi penyakit di negara itu masih sangat rumit," imbuh Tateda.
"Faktor lain adalah waktu vaksinasi yang juga memainkan peran penting. Jepang mempromosikan vaksinasi dari Juli hingga September. Sekitar 40% dari semua vaksin di Jepang diberikan selama periode ini, memberikan tingkat kekebalan yang tinggi," kata Tateda.
Selain faktor di atas, "efek komunikasi" juga sangat diapresiasi oleh Jepang dalam pengendalian penyakit.
Source | : | 24h.com.vn |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR