Soal bahasa pun juga demikian.
Ketika Bahasa Jawa yang berkembang di era modern, mereka masih menggunakan dialek Bahasa Kawi dan terdapat beberapa kosakata Jawa Kuno yang sudah tidak lagi digunakan.
Menurut orang Tengger sendiri, Gunung Bromo adalah gunung suci, lokus bersinggasananya Dewa Brahma.
Tengger tidak seperti Suku Anak Dalam yang menarik diri dari masyarakat, tapi banyak dari aktivitas suku Tengger yang memiliki karakteristik budaya yang berbeda dari budaya masyarakat Jawa secara umum.
Sensus BPS 2010 mencatat suku Tengger adalah subetnis Jawa, keberadaannya menetap di sekitar dan di dalam kawasan konservasi Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, tepatnya di Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang, Jawa Timur.
Secara linguistik, bahasa Orang Tengger sering disebut bahasa Jawa Tengger Bahasa itu memiliki lebih banyak kosa kata dari bahasa Jawa Kuno, dibandingkan bahasa Jawa Baru, yang digunakan masyarakat di sekitar Jawa Tengah.
Merujuk riset PJ Zoetmulder, bahasa Jawa Baru lebih banyak menyerap kosa kata bahasa Arab ketimbang bahasa Jawa Kuno.
Selain itu, yang menarik dicatat di sini, bahasa Jawa Tengger juga tidak memiliki sistem stratifikasi bahasa, sebagaimana bahasa Jawa Baru.
KOMENTAR