Penulis
Intisari-Online.com - Manusia sudah ada di negara kepulauan Jepang sejak periode Paleolitik Atas (36.000 SM).
Selama ini nenek moyang genomik ganda Jepang telah menjadi teori yang diterima secara umum.
Tapi sebuah studi baru yang dilakukan oleh Trinity College Dublin, mengubah narasi ini.
Melansir Ancient Origins, Minggu (19/9/2021), hasil studi menunjuk pada nenek moyang tripartit Jepang, yaitu, asal-usul genetik dari tiga populasi kuno yang berbeda.
"Kami sangat senang dengan temuan kami tentang struktur tripartit populasi Jepang."
"Temuan ini penting untuk penulisan ulang asal-usul Jepang modern dengan memanfaatkan kekuatan genomik kuno," kata Profesor Shigeki Nakagome, ahli genetika di Trinity College. Dublin, dan penulis utama studi ini.
Keturunan Jepang Berdasarkan aDNA dan Sampel Genom Baru
DNA purba atau aDNA yang diekstrak dari tulang manusia mengkonfirmasi tanda tangan genetik awal adat Jomon pemburu-pengumpul dan imigran petani Yayoi.
Namun, analisis aDNA juga mengungkapkan sumber keturunan Jepang ketiga.
Komponen genetik ketiga ini berasal dari orang Kofun, fase budaya Jepang yang berkembang pesat antara abad ke-3 dan ke-7.
Kerangka studi tertua adalah perempuan Jomon, ditemukan di Prefektur Ehime, dari 9.000 tahun yang lalu, dari mana aDNA diekstraksi.
Tetapi analisis DNA kuno dari studi terbaru mengungkapkan sesuatu yang benar-benar terlewatkan oleh data genetik modern.
Tiga kerangka Jepang dari 1.500 tahun yang lalu, dari situs periode Kofun di Prefektur Ishikawa, menunjukkan tiga sumber genetik utama, menurut ahli genetika dan pemimpin studi Profesor Takashi Gakuhari dari Universitas Kanazawa, Jepang.
Sumber Keturunan Jepang Ketiga: Suku Kofun
Periode Kofun dikaitkan dengan kemunculan pertama sentralisasi politik di Jepang, yang berlanjut dan akhirnya menjadi dominan.
Orang Jomon menduduki kepulauan Jepang antara 16.000 dan 3.000 tahun yang lalu, sementara Yayoi bermigrasi dari daratan Asia (khususnya timur laut) dan tinggal di Jepang antara 900 SM dan 300 M.
Orang-orang Yayoi berjasa memperkenalkan pertanian padi basah ke Jepang.
Berdasarkan hasil penelitian, DNA Kofun terdiri 71% dari keturunan genetik Jepang, dibandingkan 13% dan 16% masing-masing untuk DNA Jomon dan Yayoi.
Menariknya, nenek moyang Kofun paling mirip dengan genetika orang Han, yang membentuk sebagian besar populasi China.
"Karakter China mulai digunakan pada periode ini (Kofun), seperti karakter China yang tertulis pada peralatan logam, misalnya pedang," kata Nakagome.
Baca Juga: Dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, Apa Tugas PPKI?
Dia mengacu pada impor teknologi dan budaya dari China, melalui Semenanjung Korea.
"Masyarakat asli Jomon memiliki gaya hidup dan budaya unik mereka sendiri di Jepang selama ribuan tahun sebelum adopsi pertanian padi selama periode Yayoi berikutnya."
"Analisis kami dengan jelas menemukan bahwa mereka adalah populasi yang berbeda secara genetik dengan afinitas yang sangat tinggi antara semua sampel individu—bahkan yang berbeda usia ribuan tahun dan digali dari situs di pulau yang berbeda," jelas Niall Cooke, seorang peneliti di Trinity.
"Hasil ini mengungkap periode isolasi yang berkepanjangan dari seluruh benua."
Isolasi Jepang dari Daratan Karena Naiknya Laut
Hanya selama 3.000 tahun terakhir transformasi budaya paling radikal terjadi di Jepang.
Transformasi itu ditandai dengan transisi dari gaya hidup pemburu-pengumpul ke pertanian padi, tulisan China, bentuk tembikar baru, dan organisasi politik yang maju.
Baca Juga: Padahal Dibentuk Jepang, Memang Sidang PPKI Membahas Tentang Apa?
Pemisahan geografis Jepang dari sisa benua Asia, bersama dengan periode isolasi yang diperpanjang antara 15.000 dan 20.000 tahun yang lalu.
Hal itu berarti sejarah budaya Jepang mengikuti lintasannya sendiri yang terisolasi sampai imigran daratan tiba selama periode Yayoi.
Ini karena naiknya permukaan air laut yang menyebabkan “perbedaan yang dalam dari populasi benua” secara keseluruhan, yang mengarah pada peningkatan insularisasi.
Naiknya permukaan laut pasti telah membanjiri jembatan darat yang menghubungkan kepulauan Jepang selatan dengan daratan Asia.
Para peneliti menduga ini melalui Semenanjung Korea, pada saat Maksimum Glasial Terakhir, sekitar 26.000 SM.
“Kita sekarang tahu bahwa nenek moyang yang berasal dari masing-masing fase mencari makan, agraris, dan pembentukan negara memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan populasi Jepang hari ini."
"Singkatnya, kami memiliki model tripartit yang sama sekali baru dari asal genom Jepang—bukannya model leluhur ganda yang selama ini dipercaya,” tutup Profesor Nakagome.
(*)