Intisari - Online.com -Tidak diragukan lagi kerajaan Majapahit menjadi kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Indonesia saat ini.
Majapahit mencatat beberapa raja-raja ulung yang berhasil menguasai wilayah Nusantara membentang dari Sumatra sampai Papua bahkan Filipina dan Thailand.
Namun, Majapahit tidak besar hanya dalam semalam saja.
Majapahit berdiri dari runtuhnya kerajaan-kerajaan sebelumnya, yaitu Kediri dan Singasari.
Serta, para raja-raja Majapahit lahir dari rahim seorang wanita yang tidak terkalahkan.
Sebelum Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, ada kerajaan Singasari yang lebih dahulu berdiri.
Singasari dipimpin oleh Ken Arok atau Ken Angrok, berandalan dari kerajaan Kediri yang awalnya hanyalah pengawal adipati Tumapel.
Tumapel saat Kediri masih berdiri adalah wilayah kekuasaan Kediri, dan adipatinya adalah Tunggul Ametung, dengan istrinya adalah Ken Dedes.
Ken Arok kemudian mengalahkan Tunggul Ametung untuk menguasai Tumapel dan memimpin perlawanan dengan mengajak para brahmana (guru spiritual) yang juga menyimpan dendam kepada Tunggul Ametung.
Awalnya Ken Arok tidak berniat menguasai Tumapel bahkan menggulingkan penguasa Kediri.
Namun, semua berubah ketika ia bertemu dengan istri Tunggul Ametung, Ken Dedes.
Konon katanya ada yang mengubah Ken Arok kala ia bertemu dengan Ken Dedes.
Diungkap dalam buku "Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan" karya Muhammad Syamsuddin, disebutkan Ken Arok terkesima sampai jatuh cinta dengan Ken Dedes selain karena kecantikannya juga karena ada bagian tubuh Ken Dedes yang memancarkan cahaya.
Seharusnya Ken Arok tidak melihat cahaya tersebut tapi ia tidak sengaja melihatnya, membuat Ken Arok tercengang dan penasaran dengan cahaya tersebut.
Diakuinya bagian tubuh Ken Dedes yang bercahaya tidak hanya disebut dalam satu buku saja, buku "Perempuan-perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX" karya Peter Carey dan Vincent Houben juga menyebut jika Ken Dedes memiliki bagian tubuh yang bersinar karena ia adalah ardhanariswari, atau perempuan terpilih.
Ken Arok mengenal Ken Dedes awalnya karena Tunggul Ametung mengajak istrinya piknik di kawasan Hutan Baboji, dan Ken Arok yang baru saja diangkat jadi pengawal ikut menyertai dan tugasnya mengawasi Ken Dedes bahkan setiap gerak geriknya.
Ken Arok bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya, sehingga ketika Ken Dedes meminta untuk berhenti atau hendak turun dari kereta, Ken Arok pun menyertainya.
Saat inilah Ken Arok melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, yaitu langkah kaki Ken Dedes menyingkapkan kain yang membalut tubuh Ken Dedes dan saat itu Ken Arok berada di depannya.
Hal ini juga dikisahkan dalam Pararaton, “Kengkis wetisira, kengkab tekeng rahasyanica, nener katon murub denira Ken Arok, yang berarti, “Tersingkap betisnya, yang terbuka sampai ‘rahasinya’, lalu terlihat oleh Ken Arok.”
Ken Arok tidak bisa berhenti memikirkan yang ia lihat dari Ken Dedes, tapi alih-alih nafsu birahi yang membuatnya memikirkannya berulang-ulang, Ken Arok justru merasa ada misteri di balik sinar yang terpancar itu.
Memang benar, setelah ia bertanya kepada gurunya, Lohgawe, Ken Arok diberi tahu jika sinar dari bagian tubuh itu menunjukkan jika Ken Dedes bukanlah wanita sembarangan melainkan titisan dewi, pengabsah wangsa dan wadah kesaktian dan hanya lelaki dengan kekuatan luar biasa yang bisa menikahinya, seperti dikatakan J Brandes dalam bukunya "Pararaton (Ken Arok) of het boek der koningen van Tumapel en van Madjapahit."
Ken Arok lantas ingin mempersunting Ken Dedes agar bisa menjadi raja yang besar dan berkuasa, hingga kemudian ia meminta Empu Gandring membuatkannya keris sakti, yang ia gunakan untuk membunuh Tunggul Ametung.
Setelah itu Ken Arok menikah dengan Ken Dedes dan terbukti lahirlah wangsa (dinasti) Rajasa darinya dan Ken Dedes.
Ken Arok dan Ken Dedes memiliki empat orang anak, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Apanji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rumbu.
Mengutip Kompas.com, pertemuan Ken Arok dan Ken Dedes terjadi ketika Ken Arok sudah memiliki istri bernama Ken Umang, darinya, Ken Arok memiliki empat orang anak: Tohjaya, Panji Sudhatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
Sedangkan Ken Dedes sendiri sudah memiliki anak dengan Tunggul Ametung bernama Anusapati, yang kemudian menggantikan posisi Ken Arok, kabarnya Anusapati membunuh Ken Arok dengan keris yang dulu dipakai Ken Arok untuk membunuh ayah Anusapati, Tunggul Ametung.
Setelah Anusapati, pada 1248 M Singasari dipimpin oleh Wisnuwarddhana, putranya, yang didampingi oleh Mahisa Campaka, putra dari Mahisa Wonga Teleng, putra Ken Dedes dan Ken Arok.
Wisnuwarddhana memiliki keturunan bernama Kertanegara yang menjadi raja pada 1268 M menggantikan posisi ayahnya.
Mahisa Campaka memiliki anak bernama Dyah Lembu Tal, yang kemudian memiliki anak bernama Raden Wijaya.
Raden Wijaya kemudian menjadi menantu Raja Kertanegara dan melawan Kerajaan Kediri, selanjutnya di tangannya wangsa Rajasa kembali berkuasa lewat berdirinya Kerajaan Majapahit.
Sejarawan dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono mengatakan, melalui keturunannya, Ken Dedes menyandang predikat sebagai ibu para raja Singhasari dan Majapahit.
“Meskipun secara pemerintahan berbeda, tapi secara genealogis Singhasari dan Majapahit itu sama. Yaitu keturunan Ken Dedes,” katanya dikutip dari Kompas.com.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini