---
Intisari-online.com - Langit Surabaya membara, semerah darah pejuang yang membasahi bumi pertiwi. Oktober 1945, angin kemerdekaan baru saja berembus, namun aroma mesiu dan desing peluru masih menyengat di udara.
Di tengah kekacauan itu, seorang Brigadir Jenderal Inggris bernama Aubertin Walter Sothern Mallaby, atau yang lebih dikenal dengan AWS Mallaby, melangkahkan kaki di tanah yang sedang bergelora.
Ia datang sebagai bagian dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), pasukan Sekutu yang ditugaskan untuk melucuti tentara Jepang dan memulangkan tawanan perang. Namun, takdir berkata lain.
Tanah Surabaya, yang dipenuhi bara semangat juang arek-arek Suroboyo, menjadi saksi bisu atas akhir tragis sang Jenderal.
Mallaby, seorang perwira berpengalaman yang telah malang melintang di medan perang Eropa dan Afrika, tak menyangka akan menghadapi perlawanan sedemikian sengit di kota pahlawan ini.
Ia datang dengan misi damai, namun disambut dengan gejolak revolusi yang tak terbendung. Para pemuda Surabaya, yang baru saja mereguk manisnya kemerdekaan, tak sudi menyerahkan kembali kedaulatan mereka kepada bangsa asing.
Pertempuran Surabaya, yang berkecamuk sejak kedatangan pasukan Sekutu, mencapai puncaknya pada tanggal 30 Oktober 1945.
Di tengah kobaran api dan dentuman senjata, Mallaby berusaha menengahi konflik antara pasukan Inggris dan pejuang Indonesia. Ia percaya bahwa dialog dan diplomasi adalah kunci untuk meredakan ketegangan.
Namun, di tengah situasi yang chaos, sebuah peluru nyasar menembus tubuhnya, mengakhiri hidupnya di tanah yang jauh dari kampung halamannya.
Kematian Mallaby menjadi titik balik dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Insiden ini memicu kemarahan pihak Inggris, yang kemudian mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata mereka.
Ultimatum yang dianggap sebagai penghinaan ini justru membakar semangat juang arek-arek Suroboyo. Mereka menolak tunduk dan siap mempertahankan kemerdekaan dengan segenap jiwa raga.
Pertempuran 10 November, yang dipicu oleh kematian Mallaby, menjadi bukti nyata kegigihan dan keberanian bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Meskipun kalah dalam hal persenjataan, semangat juang dan patriotisme mereka tak tertandingi.
Surabaya, kota yang luluh lantak akibat pertempuran, kemudian dinobatkan sebagai Kota Pahlawan, sebagai penghormatan atas pengorbanan para pejuang yang telah gugur di medan laga.
Kronologi Peristiwa
Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana AWS Mallaby tewas, mari kita telusuri kronologi peristiwa yang terjadi di Surabaya pada bulan Oktober 1945:
Kedatangan Sekutu: Pasukan Sekutu, di bawah pimpinan Brigadir Jenderal AWS Mallaby, tiba di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tujuan mereka adalah melucuti tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang, serta menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut.
Ketegangan Meningkat: Kedatangan Sekutu disambut dengan kecurigaan oleh para pejuang Indonesia. Mereka khawatir Sekutu akan berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Ketegangan semakin meningkat ketika Sekutu berusaha menguasai gedung-gedung penting dan melucuti senjata para pejuang.
Insiden Hotel Yamato: Pada tanggal 19 September 1945, terjadi insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) oleh para pemuda Surabaya. Insiden ini memicu bentrokan antara pejuang Indonesia dan pasukan Sekutu.
Pertempuran Pertama: Bentrokan-bentrokan kecil antara pejuang Indonesia dan pasukan Sekutu terus terjadi di berbagai wilayah Surabaya. Puncaknya adalah pertempuran pada tanggal 27-29 Oktober 1945, yang menewaskan ratusan pejuang Indonesia dan puluhan tentara Sekutu.
Gencatan Senjata: Pada tanggal 29 Oktober 1945, Mallaby dan Presiden Soekarno berhasil mencapai kesepakatan gencatan senjata. Namun, kesepakatan ini rapuh dan tidak sepenuhnya dipatuhi oleh kedua belah pihak.
Kematian Mallaby: Pada tanggal 30 Oktober 1945, Mallaby tewas dalam baku tembak di dekat Jembatan Merah, Surabaya. Meskipun hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya, insiden ini menjadi pemicu utama Pertempuran 10 November.
Ultimatum dan Perlawanan: Kematian Mallaby membuat pihak Sekutu marah. Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, pengganti Mallaby, mengeluarkan ultimatum pada tanggal 9 November 1945 yang menuntut rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata mereka. Ultimatum ini ditolak mentah-mentah oleh arek-arek Suroboyo, yang kemudian bertempur habis-habisan melawan pasukan Sekutu.
Pertempuran 10 November: Pertempuran 10 November 1945 menjadi pertempuran terbesar dan paling heroik dalam sejarah revolusi Indonesia. Ribuan pejuang Indonesia gugur dalam pertempuran ini, namun semangat juang mereka berhasil menggetarkan dunia dan menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia tidak akan mudah ditaklukkan.
Misteri Kematian Mallaby
Hingga kini, siapa yang bertanggung jawab atas kematian Mallaby masih menjadi misteri. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa Mallaby tewas tertembak oleh pasukan Inggris sendiri akibat kesalahan identifikasi di tengah kekacauan pertempuran.
Ada pula yang berpendapat bahwa ia tewas terbunuh oleh pejuang Indonesia yang tidak mengetahui identitasnya.
Sebuah versi menyebutkan bahwa Mallaby tewas akibat ledakan granat yang dilemparkan oleh seorang pemuda Indonesia. Namun, versi lain menyebutkan bahwa ia tertembak oleh sniper Indonesia.
Apapun penyebab kematiannya, insiden ini menjadi pemicu utama Pertempuran 10 November, yang menandai babak baru dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kematian AWS Mallaby dalam Pertempuran Surabaya merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Meskipun kematiannya masih menyisakan misteri, insiden ini menjadi pemicu semangat juang arek-arek Suroboyo dan seluruh rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Pertempuran Surabaya, yang dipicu oleh kematian Mallaby, menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia tidak akan pernah menyerah dalam memperjuangkan kedaulatannya.
Sumber:
Djoened Poesponegoro, Marwati dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
Hatta, Mohammad. Indonesia Merdeka. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Zainalfattah, Drs. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan R.I. di Jawa Timur. Surabaya: Yayasan Penerbit 10 Nopember, 1995.
Keay, John. Pertempuran Surabaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Soekarno. Revolusi Indonesia: Kumpulan Pidato. Jakarta: Yayasan Bung Karno, 2008.
Onghokham. The Surabaya Story: Its Causes and Repercussions. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995.
Pramoedya Ananta Toer. Surabaya 1945: Sakral Tanahku. Jakarta: Lentera Dipantara, 2008.
Budiawan. Bung Tomo, Suaranya, Pesannya. Yogyakarta: Media Pressindo, 2010.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---