Kemudian, pada 24 September 2003 — 13 hari setelah pembebasannya — dia menyerang untuk pertama kalinya.
Seperti Jeong Du-yeong, Yoo ingin membunuh orang kaya.
Dia pergi ke lingkungan kelas atas Seoul di Sinsa-dong dan menyelinap ke rumah dua lantai milik Lee Deok-su yang berusia 72 tahun, seorang profesor Universitas Sookmyung, dan istrinya yang berusia 68 tahun, Lee Eun-ok.
Sebelum keduanya bisa melawan, Yoo menyerang mereka dengan palu — dan memukuli mereka berdua sampai mati.
Yoo melakukan serangan lagi pada bulan Oktober, membunuh tiga anggota keluarga di Gugi-dong, Jongno-gu.
Pada bulan November, Yoo membunuh dua kali — pertama menyerang istri seorang jutawan di Samseong-dong, Gangnam-gu, kemudian membunuh seorang pria kaya dan pembantu rumah tangganya di Hyehwa-dong, Jongno-gu.
Polisi bingung. Para korban tampaknya tidak memiliki hubungan satu sama lain, dan si pembunuh juga tidak mengambil barang-barang berharga mereka.
Sementara itu, Yoo mulai fokus pada jenis korban yang berbeda: pekerja seks.
Dia membenci wanita sejak perceraiannya - dan bahkan mempertimbangkan untuk membunuh mantan istrinya - tetapi kebenciannya meningkat setelah pacarnya meninggalkannya.
Istrinya pernah bekerja di panti pijat dan pacarnya bekerja di "ruang telepon", yang sering dijadikan kedok sebagai pelacuran, jadi Yoo menargetkan wanita yang mengingatkannya pada mereka.
Dia mulai memanggil pekerja seks dari panti pijat Seoul ke apartemennya.
Setelah memakainya, dia kemudian memukul mereka dengan palu godam yang dia buat khusus agar pas dengan cengkeramannya.
Setelah memutilasi tubuh mereka, Yoo menggunakan kapak, pisau, dan gunting untuk memotong korbannya menjadi 16-18 bagian.
Dia merobek ujung jari mereka untuk menghalangi identifikasi dan memasukkan jenazah mereka ke kantong sampah, yang dia kubur di gunung dekat Kuil Bongwon.
Menurut Yoo, dia bahkan terkadang memakan bagian tubuh dari korbannya.
Penangkapan 'Pembunuh Berjas Hujan'
Antara Mei dan Juli 2004, Yoo Young-chul membunuh sedikitnya 11 wanita.
Tetapi kematian mereka – tidak seperti kematian orang kaya – tidak menimbulkan banyak kekhawatiran.
Hanya pemilik panti pijat yang tahu ada yang tidak beres.
Saat kecurigaan mereka meningkat, Yoo membuat kesalahan yang fatal. Dia menggunakan salah satu ponsel korbannya untuk menelepon panti pijat.
Pemiliknya segera mengenali nomor itu sebagai milik seorang gadis yang hilang dan memberi tahu polisi.
Polisi akhirnya berhasil menahan Yoo.
Yoo, yang menganggap dirinya "orang pintar" dan mengaku memiliki IQ 140, memalsukan serangan epilepsi dan berhasil melarikan diri selama dua belas jam.
Setelah penangkapan keduanya, Yoo mengakui semua kejahatannya kepada polisi dan membuat mereka tercengang.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR