Sekitar 2000 orang mengungsi dan menjadi sasaran milisi Besi Merah Putih Gutteres.
Didukung oleh tentara Indonesia, yang menembakkan gas air mata, milisi Gutteres turun dengan pedang saat mereka melarikan diri.
"Motif mereka: untuk membunuh, memperkosa dan mencuri, dan menutup mata orang asing. Rencananya berhasil: cepat atau lambat kita semua melarikan diri," kata Murdoch, mencatat pembunuhan dan kehancuran dinyatakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan tetapi keadilan tidak pernah diberikan.
PBB turun tangan, mengirim pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Australia untuk memastikan kemerdekaan Timor Leste.
Tetapi masa depan yang bermasalah menyusul ketika Dili berusaha untuk mendefinisikan Timor Leste di wilayah tetangga yang jauh lebih besar, khususnya Australia, Cina dan Indonesia, yang tetap menjadi pengaruh yang menyeluruh.
Loveard mengatakan ada jendela di mana Timor Leste memiliki kesempatan untuk memiliki masa depan di Indonesia.
"Sejarah terus mengesampingkan kemungkinan itu, tetapi saya pikir perlu diingat bahwa Indonesia memang menuangkan banyak uang ke dalam kepemilikan baru mereka dan mereka tidak mendapatkan banyak pengembalian atas investasi itu," katanya.
Cina, seperti di tempat lain, sekarang banyak berinvestasi di Timor Leste, mengejar pelabuhan dan sumber daya, sementara Australia selalu memperhatikan kemampuan negara itu.
Source | : | The Age |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR