Intisari-Online.com - Sejak merdeka dari Indonesia, Timor Leste masih termasuk salah satu negara termiskin di dunia.
Warganya pun berupaya menghasilkan uang dengan berbagai cara, termasuk menyeberang ke negara tetangga, Australia.
Mereka menghasilkan uang melalui Program Pekerja Musiman Australia, yang bisa memberikan mereka penghasilan berkali-kali lipat dari yang mereka peroleh di kampung halaman.
Melansir theconversation.com, Program Pekerja Musiman Australia telah menjadi tuan rumah bagi lebih dari 2.000 pekerja dari Timor Leste (dan lebih banyak lagi dari negara-negara Pasifik lainnya) sejak dimulai tahun 2014.
Dengan bekerja di Australia hanya selama enam bulan, sebagian besar orang Timor Leste bisa mengirim uang ke kampung halaman antara US$4.000 dan US$8.000.
Jumlah itu tentu jauh dari yang umumnya didapatkan di kampung halaman.
Sebagian besar orang Timor Leste bekerja pada sektor informal dengan upah minimum di sana adalah US$115 per bulan atau sekitar Rp 1,6 juta.
Tapi, pendapatan besar yang didapat dengan bekerja di Australia juga bisa cepat habis. Untuk apa saja?
Sebuah penelitian terhadap pekerja musiman yang telah kembali ke Timor menemukan bahwa setengah dari “kewajiban adat” dinilai sebagai salah satu dari lima penggunaan teratas dana yang mereka kirikm ke kampung halaman.
Selain untuk 'kewajiban adat' yang di antaranya mahar pernikahan, uang itu juga digunakan untuk memulai bisnis, membeli kendaraan, membeli tanah dan perbaikan rumah.
Mengutip theconversation.com, seorang pekerja yang baru saja menyelesaikan satu musim bekerja di Australia mengungkapkan bagaimana menjadi pekerja musiman bisa membantunya untuk memenuhi kebutuhan pernikahan.
"Saya ingin menikah, tetapi harganya tidak terjangkau," katanya.
"Saya bisa bekerja untuk ayah mertua saya di sawah selama bertahun-tahun jika saya tidak diberi kesempatan untuk masuk ke Program Buruh Musiman.
"Kami sudah memiliki satu anak berusia tiga tahun, hanya saja pernikahannya belum terjadi," ungkapnya.
Pernikahan sendiri adalah salah satu pengeluaran terbesar di Timor.
Sementara itu, sebagian besar biaya pernikahan digunakan 'barlake', kata Tetum yang dapat diterjemahkan sebagai "mas kawin", atau "harga pengantin", meskipun pertukaran biasanya dua arah antara keluarga pengantin.
Baca Juga: Cek Watak Weton Senin Legi, Konon Si Wanita Cenderung Berani pada Suaminya
Barlake bisa berupa uang tunai, kambing, babi, kerbau, uang logam kuno, piringan emas atau perak, pedang, patung santo Katolik, kalung koral, rempah-rempah, lemari pakaian, tempat tidur, kasur, bahkan rumah.
Masing-masing memiliki tujuan yang berbeda dan dipertukarkan dengan nilai tukar yang diakui.
Total pengeluaran untuk pernikahan tradisional, termasuk barlake, bisa mencapai US$5.000 hingga US$20.000, tergantung pada latar belakang sosial ekonomi keluarga pasangan.
Meski membutuhkan biaya besar, tapi untuk menikah tanpa menggelar pernikahan tradisional bukanlah pilihan populer di kalangan masyarakat Timor Leste.
Bagi kebanyakan orang Timor, menikah tanpa pernikahan tradisional tidak terpikirkan.
Bagaimana pun, tradisi pernikahan bagi masyarakat Timor Leste begitu penting.
Bahkan, banyak orang Timor rela menunda pesta pernikahan, meskipun telah memiliki anak.
Di sisi lain, pengiriman uang hasil pekerjaan musiman di Australia mendorong tingkat pernikahan di antara orang Timor Leste.
(*)