Intisari-Online.com - Bagi Segelintir orang yang mengikuti perjuangan Timor Leste untuk merdeka dari Indonesia pasti tak asing dengan nama Ramos Horta dan Xanana Gusmao.
Kedua orang ini dianggap sebagai pahlawan kemerdekaan Timor Leste.
Keduanya kemudian memimpin Timor Leste secara bergantina sejak merdeka dari Indonesia.
Namun, tahukah Anda ternyata sosok pemimpin Timor Leste pertama bukan Xanana Gusmao apalagi Ramos Horta.
Jauh sebelum itu, ternyata ada sosok bernama Nicolau dos Reis Lobato yang menjabat sebagi Perdana Menteri Timor Leste pertama kali.
Pada waktu itu Timor Leste mendeklarasikan kemerdekaanya pada tahun 1975, dari Portugis.
Lobato diangkat sebagai pahlawan Timor Timur, namun kematiannya masih menyisakan misteri hingga kini.
Dia memegang pekerjaan itu hanya selama sembilan hari.
Pada akhir tahun 1975, pasukan Indonesia menyerbu dan menduduki Timor Timur sebagai provinsi ke-27 selama seperempat abad berikutnya.
Lobato ditembak mati pada tahun 1978 di pegunungan di luar Dili oleh pasukan Indonesia, yang dipimpin oleh Letnan Prabowo Subianto, menurut ABC News.
Itu akan menjadi 24 tahun sebelum orang Timor lainnya menggantikan Lobato sebagai perdana menteri, Mari Alkatiri, orang yang sama terpilih kembali.
Pada tahun-tahun sejak itu, pemerintah berturut-turut di Dili telah menolak untuk membiarkan nama Lobato hilang.
Bandara internasional di Dili dinamai menurut namanya, begitu pula istana kepresidenan.
Ada patung dirinya di dalam dan di luar ibu kota.
Namun, di saat namanya tetap hidup, kematian Lobato terus merenggangkan hubungan antara negara kecil dan tetangganya yang kuat.
Di antara masalah yang paling sulit adalah misteri apa yang terjadi pada tubuh Lobato.
Pada masa pemerintahan MariAlkatiri memimpin upaya baru untuk memulihkan jenazahnya sehingga Lobato akhirnya bisa diberi pemakaman dan upacara adat yang layak.
Menteri Luar Negeri Timor Leste Aurelio Guterres mengangkat masalah ini dalam kunjungannya ke Jakarta.
Namun begitu sensitifnya topik tersebut, Kementerian Luar Negeri Indonesia membantah diskusi tersebut terjadi.
Namun seorang diplomat senior di kedutaan Timor Leste di Jakarta membenarkan permintaan tersebut dibuat, dan Indonesia siap membantu.
Namun, seorang akademisi Australia mengatakan Indonesia telah membuat janji serupa sebelumnya yang tidak membuahkan hasil.
"Mereka telah menjanjikan ini untuk sementara waktu," kata Sara Niner dari Monash University, yang telah menulis beberapa catatan sejarah tentang TimorLeste.
"Ini adalah proses yang berkelanjutan," katanya.
Tidak mengherankan, banyak sejarah mengerikan Timor Leste di bawah pendudukan Indonesia tetap tertutup, meskipun hubungan normal antara kedua negara.
"Pemerkosaan dan pembunuhan istri (Lobato) oleh pasukan Indonesia di dermaga Dili sudah diketahui tetapi jarang dibicarakan," kata Dr Niner.
Surat kabar di Indonesia dan Timor Leste telah lama mengklaim bahwa tubuh Lobato dibawa ke Indonesia segera setelah kematiannya dan dikuburkan secara rahasia.
Laporan lain berspekulasi bahwa orang Indonesia menangkap kepalanya, dan meninggalkan jenazahnya di Dili.
Pada tahun 2003, ketika sisa-sisa tanpa tengkorak ditemukan di halaman belakang rumah Tuan Alkatiri sendiri di Dili, mereka langsung dianggap sebagai milik Lobato.
PBB mengirim pecahan tulang ke polisi Northern Territory di Darwin.
Butuh bertahun-tahun untuk menyelesaikan pengujian forensik pada mereka, dan mereka akhirnya kembali tanpa hasil yang jelas.
Tes selanjutnya di Dili oleh tim forensik gabungan Australia-Argentina pada sampel jenazah juga tidak meyakinkan.
"Kami menganalisis sisa-sisa itu, dan sampel dikumpulkan dan diambil untuk analisis DNA," kata Dr Soren Blau dari Institut Kedokteran Forensik Victoria.
"Kami juga berhubungan dengan Rogerio Lobato, saudara laki-laki Nicolau, yang memberikan izin untuk pekerjaan ini dilakukan dan memberi kami beberapa sampel ante-mortem untuk dibandingkan," katanya.
"Kami mengekstrak DNA mitokondria dari sisa-sisa itu. Tidak ada DNA nuklir yang bertahan," jelasnya.
"Sisanya tidak terawetkan dengan baik. Tetapi pekerjaan yang dilakukan oleh rekan-rekan Argentina kami menunjukkan tidak ada yang cocok," terangnya.
Meski demikian, Dr Blau optimistis jenazah Lobato masih bisa ditemukan.
"Beberapa orang di Timor Timur berpendapat bahwa jika hanya beberapa orang di Indonesia yang akan memberikan bukti, itu akan memberi lebih banyak arahan pada jenis investigasi ini, sehingga waktu dan uang tidak terbuang percuma," katanya.
"Ketika kami berbicara dengan keluarga, saya pikir banyak orang percaya bahwa Indonesia pasti dapat menjelaskan di mana orang-orang telah dikuburkan," terangnya.