Intisari - Online.com -Kabar mengejutkan datang dari presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang dinyatakan mengidap kanker prostat stadium awal.
Kabar itu muncul setelah beliau diperiksa oleh tim dokter Indonesia.
Staf pribadi SBY, Ossy Dermawan, menyatakan SBY akan melaksanakan medical treatment atau perawatan medis menangani penyakitnya ke sebuah rumah sakit di luar negeri.
Rencana itu sudah disampaikan SBY ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Sesuai dengan etika dan tata krama yang dianut Bapak SBY, beliau sudah menelepon Bapak Presiden Jokowi untuk melaporkan rencana berobat ke luar negeri," kata Ossy dalam keterangannya, Selasa (2/11/2021).
Jokowi disampaikan oleh Ossy juga menjanjikan akan mengirim tim dokter kepresidenan untuk merawat SBY.
Sebelumnya, Ossy menyampaikan bahwa SBY didiagnosis mengidap kanker prostat setelah diperiksa melalui metode MRI, biopsi, positron emission tomography (PET) specific membrane antigen (SMA) scan dan lainnya.
"Sesuai dengan diagnosa dari tim dokter, Bapak SBY mengalami kanker prostat (prostate cancer). Kanker prostat yang diderita oleh Bapak SBY masih berada dalam tahapan (stadium) awal," kata Ossy.
Kanker bisa muncul akibat pola makan yang tidak seimbang.
Salah satunya jika mengkonsumsi terlalu banyak lemak jenuh, yang bisa muncul dari makanan-makanan tertentu, contohnya makanan ini.
Ikan mujair adalah salah satu jenis ikan yang familiar dan sering dikonsumsi di Indonesia.
Ikan memang menjadi sumber protein yang baik bagi tubuh, tapi ada beberapa efek negatif yag dimiliki ikan mujair.
Salah satunya adalah bisa memicu kanker.
Berikut adalah 5 fakta ikan mujair terkait dengan kanker.
Termasuk ikan yang diternakkan
Ikan mujair termasuk ikan yang dibudidayakan, dan kebanyakan peternak membudidayakan ikan fokus pada keuntungannya saja.
Baca Juga: Pantas Banyak Dijadikan Lalapan, Daun Kemangi Rupanya Mampu Mencegah Penyakit Mematikan Ini
Hal ini menyebabkan kualitas ikan-ikan itu tidak diperhatikan dan hanya mementingkan kuantitas.
Kondisi ini memperparah polusi dan membuat kualitas ikan berkurang.
Kadar lemak jahat sangat tinggi
Ikan mujair yang hidup liar memakan tumbuhan air serta ganggang hijau, tapi ikan mujair yang diternakkan memakan jagung serta pelet kedelai.
Ikan-ikan ini selanjutnya juga digemukkan.
Nah, proses inilah yang berbahaya karena membuat ikan mengandung lemak yang tidak baik bagi tubuh manusia.
Beberapa kandungan yang berbahaya adalah kandungan asam lemak omega-6 yang sangat tinggi.
Tubuh padahal memerlukan omega-3, bukan omega-6, yang ternyata terkandung di ikan mujair lebih tinggi daripada satu porsi hamburger atau daging asap!
Mengandung zat kimia
Ikan-ikan yang dibudidayakan di peternakan biasanya diberi antibiotik dan juga mungkin terpapar pestisida yang harusnya dipakai memberantas hama.
Ada juga ikan mujair yang mengandung bahan kimia yang terkandung di plastik PVC, yaitu dibutylin.
Artikel Dr. Axe menyebut kandungan ini menyebabkan obesitas, alergi, asma serta gangguan metabolik lainnya jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama
Memakan kotoran sendiri
Kebersihan ikan mujair yang diternakkan sangatlah diragukan, karena di peternakan ikan yang sangat padat, ikan mujair cenderung akan memakan kotorannya sendiri.
Bahkan ada juga peternakan di negara tertentu memberi makanan dari kotoran itik atau babi.
Hal ini sangat berbahaya mengingat kotoran itu mengandung mikroba jahat seperti salmonella yang sangat tinggi dan mengganggu fungsi tubuh manusia.
Memicu kanker
Ikan mujair juga bisa memicu kanker karena merupakan produk perikanan yang tidak mendapat perawatan yang tepat, sehingga kadar dioxinnya tinggi.
Dioxin adalah racun kimiawi yang bersifat karsinogen atau memicu kanker.
Sekali dioxin masuk ke tubuh manusia, dibutuhkan waktu 7 - 11 tahun agar benar-benar bersih di tubuh kita.
Namun hal ini bukan berarti kita tidak bisa mengkonsumsi ikan mujair lagi.
Sebaiknya pastikan dahulu darimana ikan ini berasal, agar tidak mempertaruhkan kesehatan kita atau keluarga tercinta.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini