Tetapi Catherine ‘berpulang’ mendahului ayahnya.
Takhta kemudian seharusnya diberikan kepada putri tertua kedua, Mary.
Namun, Polandia telah memutuskan untuk tidak melanjutkan Persatuan Mahkota Pribadi dengan Hongaria dan menolak menerima tunangan Mary, Sigismund, calon Kaisar Romawi Suci dan Raja Hongaria.
Pilihan berikutnya, tentu saja, adalah Jadwiga, yang ketika itu usianya baru 10 tahun.
Dia melakukan perjalanan dari negara asalnya Hongaria ke Polandia, di mana dia dimahkotai di Katedral Wawel di Krakow.
Menurut hukum Polandia, negara harus memiliki seorang raja, tetapi tidak dikatakan bahwa raja haruslah seorang pria.
Alih-alih menulis ulang hukum, serta untuk memperjelas bahwa dia bukan hanya permaisuri, maka Hedwig kecil dimahkotai sebagai raja.
Terlepas dari usianya yang masih muda, Jadwiga, adalah pemimpin yang mengesankan.
Dia berpendidikan baik, serta mampu berbicara setidaknya dalam enam bahasa yang berbeda, termasuk Polandia, Latin, Hongaria, Serbia, Bosnia, dan Jerman.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR