Advertorial
Intisari-online.com - Belakangan nama Heldy Djafar menjadi perbincangan publik setelah dikabarkan meninggal dunia.
Heldy adalah sosok istri ke-9 Bung Karno, yang meninggal Minggu (10/10/21) di RS Cipta Mangun Kusumo.
Meski demikian tak banyak yang mengenal sosok istri terakhir Presiden Soekarno ini.
Lantas bagaimana kisah percintaan Presiden Soekarno dengan istri ke-9 nya ini yang hampir jarang diketahui.
Kisahnya berawal dari tahun 1964, saaat Barisan Bhineka Tunggal Ika mempersiapkan diri.
Barisan tersebut berisi dari remaja putra-putri dari berbagai daerah di Indonesia.
Masing-masing berpakaian daerah nusantara.
Saat itu dipanggilnya barisan tersebut, karena negara sedang menyambut tamu penting kenegaraan.
Barisan ini adalah bagian protokoler yang disiapkan untuk menyambut tim piala Thomas yang saat itu menjadi juara.
Presiden Soekarno melihat ke kana dan ke kiri, dia memandangi satu per satu remaja tersebut.
Tiba-tiba si Bung terhenti, dan melihat seorang remaja berparas cantik, lalu menepuk bahu kiri perempuan tersebut.
Lalu si Bung bertanya, " Dari mana asal kamu?"
Lalu, si gadis tersebut menjawab, "dari Kalimantan, Pak."
"Aku kira sudan, ada orang Kalimantan cantik," ujar si Bung.
Adegan tersebut dimuat dalam buku Heldy Cinta Terakhir Bung Karno, karya Ully Hermono, yang terbit 2011 oleh Kompas.
Tiap Heldy Djafar bertugas, mata Bung Karno nyaris tak pernah lepas dari gerak-geriknya.
Bahkan Bung Karno pernah suatu saat menegurnya, mengoreksi sanggul, kain dan cara berkebayanya.
Di kesempatan lain, semua anggota barisan diwajibkan menyanyi di depan Presiden.
Siapa yang diminta pertama tampil, tentu saja Heldy.
Hingga akhirnya, sebuah ajakan datang, dari Bung Karno, "Nanti kau lensa (menari) sama aku ya."
"Sini jay duduk dekat aku," ujarnya.
Heldy gemetar, di antara para pembesar negara, tamu penting dan artis kenamaan, dia menari lenso.
Lengan kanan presiden memeluk pinggangnya, tangan kirinya basah oleh keringat karena digenggam sang pemimpin besar itu.
Sejak itu, serangkaian pertemuan ternjadi, Bung Karno meminangnya menjadi istri ke-9.
Saksi pernikahan, saat itu adalah Agung Idham Chalid, yaitu Ketua Dewan Pertimbangan Agung.
Lalu, kakak Heldy, Erham Djafar menjadi wali, saat pernikahan berlangsung usia Bung Karno dan Heldy terpaut jauh 47 tahun.