Find Us On Social Media :

Sampai Dituduh Khianati Prinsip Politik Bebas Aktif, Inilah Saat Pemerintahan Bung Karno 'Takluk' oleh Kebijakan Barat, Aksi Diam-diam Menlu Ini Pemicunya

By Ade S, Jumat, 8 Oktober 2021 | 18:15 WIB

Panggung untuk Presiden Soekarno di Pennsylvania Avenue, Amerika Serikat, 1956.

Intisari-Online.com - Perseteruan negara-negara adidaya untuk memantapkan hegemoninya sudah terjadi sejak Indonesia melepaskan diri dari penjajah.

Pelakunya juga tidak jauh berbeda, yaitu antara negara-negara di bawah komando Amerika Serikat dan kelompok negara komunis seperti Rusia (dulu Uni Soviet) dan China.

Sadar bahwa memihak salah satu kubu pada akhirnya hanya akan menyeret ke dalam konflik lebih luas, Indonesia pun memilih politik luar negeri bebas aktif.

Lebih lanjut, Indonesia, bersama 11 negara lain, bahkan sampai ikut memprakarsai konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-blok.

Baca Juga: Sampai Membuat Sosok yang Menemuinya di Halim Kecewa, Keputusan Presiden Soekarno Ini Dianggap sebagai Titik Balik Penting Peristiwa G30S

Sebuah pernyataan resmi bahwa negara-negara yang berada di dalam gerakan non-blok tidak akan memihak blok barat maupun blok timur.

Namun, seiring waktu, beberapa negara GNB pun mulai merapat ke salah satu kubu, tidak terkecuali Indonesia.

Tentu Anda tidak asing dengan istilah poros Jakarta-Peking-Pyongyang yang menggambarkan kedekatan Indonesia dengan beberapa negara berpaham komunis, China dan Korea Utara.

Meski tidak serta-merta diartikan bahwa Indonesia memilih paham komunis, Bung Karno memang dikenal sebagai seorang pemimpin yang sangat anti dengan barat.

Baca Juga: Dikenal Garang sebagai Pemimpin Negara bahkan Berani Tantang Ammerika, Presiden Soekarno Ternyata Pernah Dibuat Ketakutan Setengah Mati saat Pasukan Misterius Ini Mendadak Menyerbu Istananya