Intisari - Online.com -Netflix baru saja teken kerjasama dengan saluran televisi Jepang, Tokyo Broadcasting System (TBS) untuk menayangkan drama-drama besutan TBS.
Dengan kerjasama ini maka banyak drama-drama Jepang masuk ke dalam Netflix dan dapat dinikmati oleh pengguna aplikasi streaming film dan series tersebut.
Seperti drama terbaru TBS untuk musim gugur tahun 2021, Japan Sinks: People of Hope.
Judul asli drama ini adalah Nihon Chinbotsu: Kibo no Hito, dengan diperankan oleh para aktor dan aktris papan atas Jepang.
Para pemeran utama drama ini antara lain Shun Oguri, Kenichi Matsuyama, Anne Watanabe, Toru Nakamura, dan Teruyuki Kagawa.
Drama ini sukses mendapatkan rating tinggi sejak ditayangkannya episode pertama pada hari Minggu (10/10/2021) kemarin berkat cerita apik serta penampilan para pemain yang memukau.
Drama ini bercerita ancaman tenggelamnya Jepang terutama pulau utama Jepang, pulau Kanto, di tahun 2023.
Awalnya, ancaman ini hanya beredar dari gosip di internet yang disebarkan oleh seorang ilmuwan, Yusuke Tadokoro.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Film Netflix Yang Dapat Penghargaan Meski Sedikit Penonton
Artikelnya membuat banyak orang mulai memprotes pemerintah yang tidak mencegah tenggelamnya pulau Kanto.
Di saat yang sama, Perdana Menteri Jepang, Eiichi Higashiyama, mulai meluncurkan program untuk mencairkan polutan dan menyimpannya di relung di dasar laut.
Program COMS itu diluncurkan PM Jepang dengan mengumpulkan para birokrat muda dan berbakat dalam suatu wadah bernama Japan Future Promotion Conference, yang tujuannya adalah menjamin masa depan Jepang.
Keishi Amami dari Kementerian Lingkungan serta temannya, Koichi Tokiwa dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri menjadi bagian dari konferensi tersebut.
Protes masyarakat semakin menggila karena program COMS tersebut, membuat Keishi Amami mendatangi Yusuke Tadokoro untuk menghentikan penyebaran informasi tersebut.
Yusuke Tadokoro bersikeras jika Jepang memang benar-benar akan tenggelam, dengan prediksinya adalah akan terjadi gempa dan kemudian Semenanjung Izu akan tenggelam dan kemudian segera setelah itu pulau Kanto akan tenggelam akibat pergeseran lempeng dan kenaikan air laut.
Dewasa ini, drama berbau kerusakan lingkungan dan upaya penyelamatan umat manusia dari kerusakan lingkungan semakin marak.
Hal ini karena kerusakan lingkungan memang sedang terjadi.
Namun di dunia nyata, bukan Jepang yang menghadapi ancaman ini, melainkan Indonesia.
Akibat kenaikan jumlah air laut, sebanyak 115 pulau-pulau kecil dan berukuran sedang di Indonesia terancam tenggelam atau hilang, seperti disampaikan Peneliti Utama di Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Eddy Hermawan.
Eddy kini berharap perhatian akan dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi, terutama di wilayah wisata termasuk Bali dan Nias dan pulau-pulau lain di pantai barat Sumatra yang terancam tenggelam.
Ia berharap pemerintah tidak hanya fokus pada ancaman tenggelamnya Jakarta.
"Bukan hanya Jakarta yang terancam, pulau-pulau kecil juga terancam tenggelam,' ujarnya.
Menurut Eddy, naiknya tingkat air laut ini karena perubahan iklim dan penurunan muka tanah, sehingga kombinasi upaya mitigasi dan adaptasi diperlukan di masa depan.
"Tidak hanya pemanasan global, penurunan muka tanah juga menjadi kontributor yang cukup besar yang menyebabkan Jakarta terancam tenggelam," ujarnya.
Eddy mengatakan, hasil simulasi menunjukkan kenaikan muka air laut secara permanen akan menutupi Jakarta pada tahun 2050 sekitar 160,4 km persegi atau setara dengan 24,3 persen dari total luas saat ini.
Air laut masuk antara lain ke wilayah Tanjung Priok, Pademangan, Penjaringan, Bandara Soekarno Hatta, Koja dan Cilincing.
Selain perubahan iklim dan penurunan muka tanah, Eddy mengatakan kondisi wilayah Jakarta juga menyebabkan wilayah tersebut berpotensi terendam air laut karena merupakan wilayah yang landai. dan teluk.
"Kondisi lokal Jakarta juga merupakan serangan yang mudah bagi air laut untuk masuk karena tanahnya yang landai, lunak, dan berbentuk seperti teluk," katanya.
“Pada dasarnya yang terjadi sekarang adalah kombinasi dari naiknya air akibat mencairnya es di kutub tetapi juga penurunan tanah yang tidak bisa kita kendalikan,” katanya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini