Tanpa radar seperti itu, jet tempur harus terus menunjuk kepada pesawat musuh, dan semakin mendekat ke rudal yang bisa menembaki mereka.
Namun kekurangan F-22 ini ternyata berasal dari asal-usul Raptor.
F-22 dimulai dari program Jet Tempur Taktis Canggih yang dimulai 1981.
Angkatan Udara AS memberikan penghargaan General Dynamics dan kontrak kepada McDonnell Douglas atas desain kerja aslinya untuk jet tempur udara ke darat yang bisa terbang dengan ketinggian 2,5 Mach sampai ketinggian medium, dan bisa membawa senjata yang menghancurkan tank dan target di darat.
Program itu awalnya tidak menghasilkan apa-apa, karena F-16 Fighting Falcon yang aslinya dirancang sebagai pesawat tempur udara-ke-udara untuk siang hari tiba-tiba muncul dari belakang dan digunakan kembali untuk mengisi peran jet tempur udara-ke-darat.
Pada akhir 1985, Angkatan Udara AS membuat sejumlah perubahan yang diperlukan saat program berlanjut, termasuk penekanan lebih besar ke kemampuan siluman.
Mereka juga mengubah proses pemilihan sehingga alih-alih 4 perusahaan menerima kira-kira USD 100 juta masing-masing, dua akan mendapatkan kontrak USD 700 juta masing-masing untuk memproduksi purwarupa terbang.
Salah satu purwarupa akan ditenagai oleh mesin F119 Pratt & Whitney dan lainnya dengan mesin General Electric F120.
KOMENTAR